Sabtu, Juli 27, 2024
BerandaHeadlineMari Nikmati Pesona Ekowisata Pulau Semut Binaan Pertamina

Mari Nikmati Pesona Ekowisata Pulau Semut Binaan Pertamina

Penulis      : Alin Indra Jaya
Wartawan : Nadariau.com

Lentik jemari wanita tua itu menyusun butiran bakso dalam mangkok yang sudah bercampur mie putih tampak begitu indah. Dengan penuh senyum ramah, beliau menawarkan bakso Ikan Rasau kepada rombongan para jurnalis mitra PT Pertamina saat berkunjung ke Ekowisara Pulau Semut, di pinggiran Sungai Siak, Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

Semangkok demi semangkok bakso bulat seperti bola pimpong itu laris manis. Karena saking enaknya, ada yang minta tambah. Dengan penuh senyum dan wajah ramah, wanita tua yang bernama Ira itu memberinya dengan mangkok baru.

Bakso Ikan Rasau, kuliner kearifan lokal yang laris manis. (Foto Alin Indra Jaya)

“Silahkan diambil baksonya, kami juga ada roti jala,” kata Ira yang sudah berumur hampi 60 tahun itu sambil menunjuk roti jala, di atas saung kayu beratapkan anyaman daun enau dan di belakang saung itu, dialiri anak Sungai Siak menuju Danau Buatan.

Ira menjelaskan, bakso Ikan Rasau merupakan hasil karya Kelompok Sadar Wisata (Darwis) Pulau Semut yang beranggotakan 30 orang. Selama ini, bakso terbuat dari daging sapi dan ayam. Sementara untuk menjaga kearifan lokal, masyarakat melayu mencoba mengelola ikan menjadi bakso.

Berwisata di Ekowisata Pulau Semut. (Foto Alin Indra Jaya)

Saat ini Ikan Rasau (Lobocheilos schawanenfeldi) masih kategori banyak di Sungai Siak. Sehingga untuk mendapatkannya sangat mudah. Setiap hari, para nelayan selalu dapat Ikan Rasau yang terjerat di pancing maupun di dalam jaring.

Pengelolaan Bakso Ikan Rasau lumayan rumit. Pasalnya, tulang halus sangat banyak menempel dalam daging ikan. Maka sebelum digiling, tulang halus ikan akan dikeluarkan menggunakan sendok dan sisanya dicabut pakai pinset. Sebab, jika daging ikan langsung digiling, maka saat makan bakso patahan tulang halus ikan tersebut dikhawatirkan menyangkut di kerongkongan.

Meski demikian, dengan semangat kedaerahan, Bakso Ikan Rasau telah diperkenalkan kepada khalayak ramai. Satu porsi di Pulau Semut di jual dengan harga Rp5.000. Dan jika dijual di warung pinggir jalan tentu harga akan naik jadi Rp10.000-an per porsi.

Ira mengaku, sejak Ekowisata Pulau Semut dibina melalui program pemberdayaan PT Pertamina, masyarakat tempatan merasa memiliki masa depan yang cemerlang. Karena aktivitas seluruh elemen masyarakat, pemuda pemudi menjadi aktif. Dengan suka rela mereka mau menyumbangkan tenaga dan pemikiran untuk sama – sama membangun daerah.

Sementara, pembuatan Bakso Ikan Rasau awalnya dibina oleh Mahasiswa Universitas Abdurrab, yang saat itu sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Limbungan. Bakso Ikan Rasau sudah pernah dikemas kecil – kecil dengan harga Rp5.000 untuk diletakkan di minimarket. Namun, karena pengalaman masih kurang sehingga program itu tidak berjalan lama.

Menikmati Pesona Ekowisata Pulau Semut sembari menyaksikan kapal melintas di Sungai Siak. (Foto Alin Indra Jaya)

Meski demikian, Bakso Ikan Rasau tetap disediakan di Pulau Semut, karena sudah menjadi makanan khas di tempat ekowisata ini. Sehingga bagi pengunjung yang datang ke Pulau Semut bisa menikmati bakso ikan setiap harinya.

Awalnya, Bakso Ikan Rasau hanya dibuat oleh beberapa orang dan dibeli oleh masyarakat tempatan. Namun karena pengunjung bertambah ramai, maka jumlah pembelinya juga semakin bertambah. Jika dirata -ratakan, setiap hari bisa laku sekitar 100 porsi lebih.

Alhamdulillah penjualan Bakso Ikan Rasau bisa membantu meningkatkan perekonomian keluarga. Sementara hasil penjualan, terutama dikeluarkan untuk uang kas operasional pengelolaan ekowisata dan sisanya dibagi sesuai dengan jumlah pekerja yang ikut mengelola bakso. Sedangkan setiap hari, di warung/kantin akan dijaga oleh beberapa orang sesuai giliran masing – masing.

“Jika ada acara pesta atau acara besar lainnya, boleh melakukan pemesanan Bakso Ikan Rasau kepada kami. Untuk harga yakni Rp5.000 per porsi,” kata Ira sambil promosi.

Di warung Pulau Semut, yang dijual tidak hanya Bakso Ikan Rasau, tetapi juga ada Roti Jala, makanan ringan, rokok, perlengkapan mandi dan kebutuhan harian lain – lain. Sebelumnya Warung di sini hanya ada satu, namun karena jumlah pengunjung bertambah ramai, sekarang sudah ada dua.

Warung yang satu lagi dekat arena berkuda, berupa cafe dan restoran. Warung tersebut berada satu kawasan dengan Ekowisata Pulau Semut, namun dikelola secara swasta oleh pemiliknya.

Jembatan akses ke Pulau Semut. (Foto Alin Indra Jaya)

“Dengan meningkatnya penjualan, diharapkan Pertamina bisa memberi kami alat penggilingan dan kelengkapan perlengkapan pengolahan ikan. Sehingga jumlah produksi lebih banyak dan bisa dikirim ke luar daerah,” harap Ira.

Ketua Pengelola Ekowisata Pulau Semut Supardi bercerita tentang sejarah Pulau Semut. Dulu pulau ini tidak ada apa – apanya. Awalnya terdiri dari satu daratan yang berbentuk Tanjung (Semenanjung), yang merupakan muara pertemuan Sungai Siak dengan aliran anak Sungai menuju Danau Buatan Rumbai. Namun akibat pengikisan gelombang ombak dari kapal tanker, maka daratan tersebut menjadi terpisah menjadi dua.

Tahun 2000-an dulu, Pulau Semut menjadi lokasi tempat favorit bagi pecandu memancing. Karena akses jalan sulit, maka masyarakat tempatan menyediakan jasa ojek motor dengan ongkos Rp5.000 per orang.

Penulis Alin Indra Jaya saat berkunjung ke Pulau Semut. (Foto: Dok)

Untuk meningkatkan pelayanan, Supardi terus melakukan pembenahan. Di antaranya menyediakan pelantaran kayu atau tempat memancing di sungai, sehingga dapat memudahkan pengunjung untuk mendapatkan spot memancing yang bersih dan tidak semak.

Di Pulau Semut yang berukuran mini sekitar 15×20 meter ini, sesuai dengan namanya. Di pulau ini, terdapat banyak jenis semut. Sehingga saat merambah semak di sini, Supardi sering terjun ke sungai karena tidak tahan lagi menahan gigitan semut. Kadang orang lain menyebutnya ‘kerja gila’. Karena masyarakat tidak ada yang sanggup merambah Pulau Semut yang merupakan tempat Istana Semut di Sungai Siak.

Namun berkat keyakinan, pulau itu berubah menjadi bersih. Dan semut – semut ganas yang terdiri dari semut api, semut tentara, semut kerangga atau rangrang, semut salimbada atau katikih, semut firaun, semut hitam dan semut ganas lain itu hilang dari daratan.

Kemudian, melalui swakelola masyarakat secara bergontong royong, maka dimulai lah membuat jembatan penghubung ala kadarnya dari kayu, sehingga akses jalan bisa menjadi mudah.

Tidak sampai disitu, tahun 2020 berdasarkan usulan proposal dari masyarakat, PT Pertamina Patra Niaga melalui program pemberdayaan masyarakat melakukan pembinaan terhadap Pulau Semut. Di mana, di pinggiran sungai dipasang batu bronjong, penamanam pohon mangrove dan tanaman kehidupan. Kemudian dibangun jembatan yang layak serta pembangunan saung – saung tempat duduk bagi pengunjung.

Alhasil, berkat bantuan dan pembinaan Pertamina, jumlah pengunjung terus meningkat setiap pekannya. Saat ini ada sekitar 500 kendaraan yang masuk. Harga tiket masuk sepeda motor di pos masuk dijual dengan harga Rp5.000 dan kendaraan roda empat Rp10.000, sementara orang tidak dihitung, yang dihitung hanya kendaraan saja.

“Di sisi lain, dukungan Pertamina telah berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. Di mana, masyarakat tempatan semakin aktif untuk menggaet pengunjung. Sehingga setiap pekan pengunjung terus bertambah, mulai dari pelajar, masyarakat biasa maupun dari kalangan pemerintahan daerah,” kata Supardi yang mengaku senang dan bersyukur setelah dapat dukungan pengembangan infrastruktur dari PT Pertamina.

Ketua RW 7, Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Timur, Eddianto menerangkan, berada di RT3/RW7 dengan jumlah penduduk sekitar 1000 jiwa. Pekerjaan penduduk rata – rata nelayan. Namun, karena sudah ada aktifitas wisata, maka sebagian masyarakat sudah diberdayakan menjadi pengelola Pulau Semut.

Eddianto menjelaskan, selain tempat bersantai bagi keluarga, di sini juga disediakan tempat berkemah (Camping) yang luas. Disebelahnya lagi ada kawasan berkuda, memanah dan tempat bermain yang dikelilingi agrowisata pohon durian musang king, durian montong serta berbagai tumbuhan kehidupan lainnya. Bagi pengunjung juga dapat melihat kapal tanker yang melintasi sungai.

Dari Pusat Kota Pekanbaru, Pulau Semut berjarak sekitar 13 kilometer. Jalan menuju Pulau Semut, bisa melalui Jalan Pramuka Ujung dan/atau Jalan Limbungan Ujung. Sementara di lokasi Pulau Semut, pengunjung dilarang mandi di sungai, karena sudah disediakan kamar mandi yang layak. Pelarangan ini diakibatkan Sungai Siak merupakan sungai terdalam di Indonesia diperkirakan memiliki kedalaman sampai 30 meter, maka pengunjung harus dijaga keselamatan selama datang ke sini.

“Alhamdulillah daerah kami sudah ramai dikunjungi masyarakat luar. Di kawasan Pulau Semut juga sering dilakukan tempat kegiatan mahasiswa, pramuka dan organisasi masyarakat untuk melakukan kegiatan outbound atau permainan. Karena tempat yang luas dan sejuk, menjadikan Pulau Semut tempat langganan kegiatan di luar ruangan bagi mereka,” jelas Eddianto yang senang berbahasa Melayu Riau itu.

Community Development Officer (CDO) PT Pertamina Patra Niaga, Henifa didampingi Supervisor Receiving and Storage M Rifki Ali mengatakan, sempena PT Pertamina yang sudah berumur 66 tahun, maka melalui tema Energizing the Nation adalah salah satu bukti dari perusahaan negara untuk memberi energi pada bangsa, melalui program pemberdayaan masyarakat.

Seperti di sini, pihak Pertamina merasa bangga terhadap perkembangan dan kemajuan kehidupan masyarakat Pulau Semut. Dulu kampung ini merupakan daerah terpencil dan tertinggal, kini akses jalan aspal dan semenisasi sudah sampai ke pintu gerbang ekowisata, sehingga memudahkan pengunjung datang ke sini.

 

Pengunjung relatif ramai berwisata ke Pulau Semut. (Foto Alin Indra Jaya)

Sementara kedepan akan dilakukan pembinaan pengambangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), salah satunya pengembangan Bakso Ikan Rasau yang sudah menjadi ciri khas makanan Pulau Semut.

Selain itu, sesuai usulan masyarakat, bahwa saat ini di Pulau Semut belum ada permainan anak – anak. Seperti ayunan, seluncuran, bola dunia dan permainan lainnya. Serta jalan dari pintu masuk sampai ke Pulau Semut yang berjarak sekitar 150 meter karena mengelilingi arena berkuda belum di aspal. Sementara usulan ini akan laporkan ke Manajemen Pertamina supaya bisa direalisasikan tahun depan.

Diakui sejak tahun 2020 lalu, pembangunan Pulau Semut dilakukan secara berkelanjutan setiap tahunnya. Tahun pertama dilakukan perencanaan dan penanaman sekitar 350 bibit pohon ketapang, yang dimulai dari pintu masuk ekowisata. Diantara pulau dan daratan dibangun jembatan kayu yang kokoh dengan lebar sekitar 120 centi meter dan panjang sekitar 15 meter. Sehingga aman dilalui
anak – anak dan orang dewasa.

Selanjutnya tahun 2021 melalui swakelola masyarakat melakukan penanaman 1.000 bibit mangrove. Penanaman ini seiring dengan pebangunan batu bronjong di sekeliling Pulau Semut.

Kemudian tahun 2022 di kawasan itu kembali dilakukan penanaman sekitar 1.700 bibit buah-buahan. Seperti pohon markisa, sirsak, nangka, durian, dan manggis. Di daratan pulau, dibangun saung edukasi untuk kegiatan pelatihan dan pengenalan terhadap Pulau Semut, Sungai Siak maupun terkait pendidikan budaya Melayu lainnya.

Di depan saung juga dibangun saung – saung kecil dan pelatantar untuk tempat nyantai. Di antara saung itu, masih ada batang pohon – pohon nipah dengan daun – daun bergoyang – goyang saat angin datang.

Tahun 2023, dilanjutkan pembangunan bangunan penunjang dan tempat Mandi, Cuci dan Kakus (MCK). Sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada pengunjung, kegiatan pramuka atau kegiatan di luar ruangan bagi masyarakat umum, maupun orang berkemah yang bermalam di sana. Sebab mereka tidak perlu lagi ke pinggiran sungai untuk mandi.

Sementara penanaman pohon dan pembangunan infrastruktur menggunakan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan untuk masyarakat tempatan. Sementara pelaksana kegiatan dilakukan secara swakelola, sehingga masyarakat tersebut merasa memiliki suatu bangunan itu dan dapat menjaganya dengan baik.

“PT Pertamina berprinsip, akan terus melakukan pembinaan melalui program pemberdayaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Karena kemakmuran adalah sebuah energi bagi bangsa sesuai dengan tema Pertamina tahun 2023,” terang Hanifa yang menjadi pembina dari kawasan Ekowisata Pulau Semut. **

BERITA TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Berita Populer