PELALAWAN (Nadariau)– Gelombang air pasang bak tsunami setinggi lima meter menyampu bibir sungai bahkan sampai sepanjang dua kilometer. penomena alam yang terjadi berkat pertemuan air pasang yang datang dari lautan Hindia mengalir masuk ke Selat Malaka, di bagian selatan Selat Malaka yang sempit datang air Sungai Kampar yang menghambat laju pasang dari selat Malaka.
Air yang dari sebelah utara itu didorong kembali ke selatan oleh arus berikutnya yang datang dari Lautan Hindia. Maka masuklah air itu ke dalam muara Sungai Rokan dan Kampar dengan kekuatan besar. Kekuatan besar itulah menghasilkan gelombang yang kecepatan mencapai 10-30 Kilometer per jam.
Bono, masyarakat sekitar menyebutnya. Dalam mitos warga tempatan disbeutkan sebagai tujuh hantu. Gelombang besar Bono tidak dengan tiba tiba, ada suasana hening sebelum tujuh hantu menjemput, sekira tiga puluh menitan dari air pasang naik, Bono menghampiri dengan gulungan dahsyatnya.
Keangkeran Bono telah berubah menjadi keeksotisme dan mahakarya alam yang sangat mengagumkan, anugerah terindah dari sang pencipta untuk bumi Melayu Riau yang di tempatkan di tanah berkah Pelalawan.
Deburan Gelombang Bono menjadi hadiah tahunan bagi masyarakat sekitar dan wisatawan. Dalam hitungan bulan Melayu tahun Arab, Bono menyapa setiap tanggal 10-20 atau yang biasa disebut penduduk sebagai ‘Bulan Besar’ ataupun ‘Bulan Purnama’. Sementara untuk gelombang Bono yang besar biasanya akan terjadi pada tanggal 13-16 bulan Melayu tahun Arab tersebut. Sedangkan dalam penanggalam Masehi, Bono muncul berkisar antara bulan Oktober sampai Desember setiap tahun.
Berkat kegigihan Pemkab Pelalawan dalam memperkenalkan objek wisata dunia, dan dukungan dari Pemprov Riau. Serta disambut baik oleh Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, sehingga eksotisme Bono di kenal dunia.
Event tahunan yang berlebel Berkuda Bono atau dalam bahasa asli tempatan disebut Bekudo Bono, mendapat antusias dari para wisatawan, baik domestik dan manca negara. Festival yang dihelat oleh Pemkab Pelalawan itu banyak di tunggu para penggemar sensani adrenalin menaklukkan gelombang pasang air sungai di Bono Teluk Meranti Pelalawan ini.
Dari hilir Sungai Kampar yang mendunia itu, pernah pula tertoreh sejarah yang tak mendua. Saat Quinnes world Record mencatat tiga nama peselancar asal Australia James Cotton, Zig Van Der Sluys dan Roger Gamble sebagai pemegang rekor berselancar terjauh tanpa jatuh dengan kalkulasi jarak sejauh 37,2 km (satu jam dua menit). Bahkan James Cotton menorehkan namanya sebagai peselancar perorangan terjauh, dengan jarak 17,2 km tanpa jatuh di tahun 2016. Upaya ketiga surfer negeri Kanguru ini menggeser tiga nama sebelumnya Steve King, Nathan Maurice dan Steve Holmes asal Inggris yang mencatat jarak sejauh 20,12 Km di tahun 2013.
“Di sini ombak favorit saya, tempat berselancar sungai paling unik, dan kemarin (Kamis, 10/3/2016), kami pecahkan rekor (surfing) terlama tanpa jatuh. Saya sendiri sesuai catatan, juga berhasil melampaui jarak terlama yang pernah dibuat untuk peselancar perorangan,” kata James Cutton, saat menceritakan soal pemecahan rekornya, kala itu.
Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah pinggiran sungai Kampar di Teluk Meranti, kini selalu menanti kedatangan Bono, selain sebagai berkah atas banyak wisatawan yang datang. Bono memberikan sensasi tersendiri bagi anak muda yang gemar memacu sampan meluncur ke lidah ombak di punggung Bono bagaikan pemain selancar, dan atraksi ini oleh penduduk tempatan disebut Bekudo Bono yaitu suatu bentuk kearifan lokal masyarakat setempat yang hampir punah. Jika diperhatikan, Bekudo Bono itu memang mirip dengan atraksi seorang joki yang sedang berusaha menjinakkan kuda liar.
“Bekudo Bono ini sebenarnya sudah jauh dilakukan oleh orang tua-orang tua kami dulu. Dengan sampan mereka menikmati gelombang Bono dengan berselancar diatasnya , dan sekarang ada anak anak muda dengan komunitas berselancar disini.” kata tokoh muda Teluk Meranti Marzuki (36)
Sejak Bono menyapa dunia melalui program kepariwisataan di kementerian dan Pemerintah Provinsi Riau festival Bono di Teluk Meranti selalu dinanti para pencinta keindahan gelombang sungai Kampar ini.
Sekretaris Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pelalawan Susi Susilawati M.Si mengatakan bahwa Bono di Teluk Meranti teluk menjai program pariwisata prioritas Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan, tersebab destinasi wisata berupa gelombang besar di sungai ini menjadi satu satu nya di Asia, maka objek wisata Bono terus dikembang kan secara serius.
“Ya, Bono yang sudah di kenal secara nasional bahkan mendunia, tentu menjadi prioritas kita (Pemkab Pelalawan) untuk terus dikembangkan, salah satunya infrastruktur pendukung dan berbagai fasilitas penunjang lainnya,” terang Susi
Festival Bono yang menghadir event bekudo Bonoatau adu adrenalin lewat surfing dalam lintasan panjang gelombang di Sungai Kampar menjadi daya tarik wisatawan mancanegara untuk menaklukkan kedahsyatan gelombang Bono.
“Di Festival Bono, ada ragam budaya ciri khas masyarakat tempatan yang kita tampilkan, insya Allah tahun ini akan kita gelar kembali,” katanya
Objek wisata Bono memang sudah sangat dikenal. Satu program andalan milik Kabupaten Pelalawan ini sudah di ambang mata untuk mengantarkan kesuksesan mendatangkan wisatawan mancanegara, yang pada akhirnya otomatis akan membangkitkan perekonomian di daerah ini. Tentu langkah ini membutuhkan dukungan seluruh masyarakat Kabupaten Pelalawan.
“Langkah yang kita lakukan saat ini adalah mengekspos objek wisata
yang ada. Kita berporomosi lewat media sosial, media massa dan promosi lainnya.Kita juga mengharapkan dukungan masyarakat untuk mempromosikan objek objek wisata yang ada di daerah kita ini kepada masyarakat, seperti lewat youtube, instagram, facebook dan media sosial lainnya. Dengan begitu semakin banyak informasi tentang potensi wisata Pelalawan didapat para wisatawan” pungkasnya.
Senada, Bupati Pelalawan H Zukri menjelaskan bahwa saat ini kondisi infrastruktur menuju kawasan wisata Bono masih menjadi kendala yang signifikan padahal di kawasan wisata Bono yang terletak di Kecamatan Teluk Meranti tersebut terdapat ombak Bono yang namanya sudah melegenda di kalangan para pesurfer mancanegara.
“Bono adalah salah satu ikon Kabupaten Pelalawan, karena yang terbesar dan unik ini hanya ada dua di dunia, di Brazil dan Pelalawan. Ada potensi yang luar biasa di Bono ini, dan akan terus kita kembangkan” tandasnya. ****