Jakarta, Nadariau Com – Mentri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengatakan Sebagai instrumen utama dalam menghadapi pandemi, APBN telah bekerja sangat keras menjadi shock absorber di dalam menghadapi goncangan yang menimpa rakyat dan dunia usaha.
” 2 tahun berlalu, kebijakan APBN yang fleksibel, adaptif, dan responsif, dengan tetap prudent serta akuntabel pun telah memberikan hasil yang baik,” katanya melalui akun resminya.
Kata Mentri Keuangan itu bahwa APBN 2020 mencatat defisit 6,4% dari PDB, namun mampu menahan kontraksi ekonomi pada level – 2,1%. Selain itu, APBN juga telah mampu menahan lonjakan kemiskinan serta pengangguran.
” Ini adalah sebuah capaian yang sangat baik dibanding negara lain di Kawasan Asia Pasifik dan negara-negara G20. Pada tahun 2021, Â APBN telah mampu memulihkan ekonomi dengan pertumbuhan mencapai 3,69% Tentu reformasi fiskal perlu terus dilakukan,” jelasnya.
Menurutnya Dua legislasi penting yaitu perubahan UU HKPD dan UU HPP yang telah ditetapkan merupakan upaya pemerintah untuk memperkuat penerimaan negara dan memperbaiki kualitas belanja transfer ke daerah.
” Hal ini saya sampaikan di dalam Orasi saya pada acara Dies Natalis Universitas Sebelas Maret (UNS) ke-46 di hari ini,” Imbuhnya.
Dia mengaku, Setiap masa selalu ada tantangannya, namun setiap tantangan selalu ada jawabannya. Ke depan, masih akan ada badai dan tantangan yang akan kita hadapi. Kita, Indonesia, harus selalu siap.
” Pada kesempatan ini saya juga sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh UNS,” ucapnya.
atas penghargaan Parasamsya Anugraha Dharma Bhakti Upa Bhaksana pada UNS Award 2022, Sri Mulyani Indrawati juga meneruskan penghargaan itu kepada segenap jajaran @kemenkeuri yang telah berdedikasi dan bekerja keras mengawal APBN di masa sulit ini.
” Semoga apresiasi ini dapat semakin memacu semangat untuk menjaga dan membangun Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi di masa depan,” harapnya.(***)