[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Dengarkan Berita”][divide]
Korea Utara (Nadariau.com) – Korea Utara (Korut) mulai menguji reaktor nuklir yang bisa digunakan untuk memproduksi plutonium tingkat senjata. Demikian laporan para analis intelijen.
Negara ini telah mengembangkan sebuah reaktor air ringan eksperimental di Pusat Riset Energi Atom Yongbyon selama beberapa tahun. Namun aktivitas tersebut dilaporkan meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Para ahli mengatakan citra satelit baru-baru ini menunjukkan bahwa reaktor tersebut telah selesai secara struktural dan ada bukti pengujian telah dimulai.
Menurut sebuah laporan oleh analis intelijen Jane’s Intelligence Review, citra tersebut menunjukkan emisi pada gas yang tidak dapat dikondensasi dari tumpukan di reaktor.
Meski reaktor tersebut bisa digunakan untuk memproduksi plutonium kelas senjata, Korut diyakini sudah memiliki cukup bahan fisil untuk beberapa bom nuklir.
Pembangunan reaktor air ringan eksperimental selesai pada 2013 dan dioptimalkan untuk produksi listrik sipil, namun tidak beroperasi.
Joshua Pollack, peneliti senior di Middlebury Institute of International Studies di Monterey, mengatakan bahwa reaktor tersebut kemungkinan akan terlalu kecil untuk menyediakan banyak listrik.
Ia mengatakan bahwa ini adalah bagian dari upaya untuk mengembangkan reaktor air ringan setelah kesepakatan untuk menyediakan reaktor tenaga nuklir oleh sebuah konsorsium internasional, termasuk Amerika Serikat (AS), mengalami kerusakan pada tahun 1990.
“Ini cara mereka untuk mengatakan, ‘lihat, karena Anda tidak akan memberi kami apa yang Anda janjikan, kami akan melakukannya sendiri’. Mereka belum membuat kesepakatan akhir-akhir ini dengan AS sehingga pekerjaan terus berlanjut,” kata Pollack seperti dikutip dari Sky News dan sindonews, Sabtu (17/03/2018).
Laporan ini muncul saat Korea Selatan (Korsel) mengangkat pejabat untuk mempersiapkan pertemuan antara Presiden Moon Jae-in dan pemimpin Korut Kim Jong-un pada bulan April mendatang.
Presiden AS Donald Trump juga menerima undangan dari Jong-un setelah seorang utusan Korsel mengatakan kepadanya bahwa pemimpin Korut itu siap untuk membahas denuklirisasi.
Gedung Putih mengatakan bahwa pertemuan itu akan berlangsung pada bulan Mei, walaupun tempat dan tanggal pertemuan belum diputuskan.
Menteri Luar Negeri Korut, Ri Yong-ho melakukan perjalanan ke Swedia pada hari Jumat. Ini menyebabkan spekulasi bahwa pertemuan Trump-Jong-un akan berlangsung di negara tersebut, atau bahwa Swedia membantu untuk mengadakan pertemuan puncak di tempat lain. (nrc)