Jakarta (Nadariau.com) – Batok kelapa biasanya berakhir jadi arang, atau bahkan terkadang jadi limbah yang dibuang begitu saja. Namun tidak bagi Haryanti, mantan guru TK ini menyulap limbah batok kelapa jadi barang bernilai tinggi.
Dengan merek Yanti Batok Craft, pengusaha kerajinan asal Bantul, Yogyakarta ini menjual berbagai produk dari batok kelapa seperti tas, ikat pinggang, hiasan dinding, kancing, frame, plismet, cangkir, mangkuk, sampai miniatur.
“Awalnya mau manfaatkan batok yang dibuang jadi limbah jadi barang berharga. Kalau bahan baku dari limbah kan nggak banyak modal, kebetulan banyak batok dibuang di dekat rumah,” kata Haryanti kepada media di Pameran Gift Indonesia di Gedung Smesco, Jakarta, Jumat (2/12/2016).
Soal pasar, menurut Haryanti, bahkan sudah menembus Benua Amerika. Seorang distributor barang kesenian tangan di Bali kerap memesan produk batok kelapanya untuk dikirim ke Jamaika.
“Kita pasarnya banyak di Yogyakarta, Jawa Tengah dan sampai Banyuwangi. Apalagi pas pameran, banyak yang pesan. Kalau ekspor secara pribadi belum, tapi lewat distributor ke Jamaika. Ke Belanda dan Malaysia juga pernah, tapi beli perorangan saja,” jelas Haryanti.
Harga produk kelapanya dijual bervariasi dari mulai paling murah Rp 2.500 untuk gantungan kunci dan kancing, produk tas Rp 300.000, sampai lampu dan miniatur yang dibanderol Rp 400.000-Rp 500.000.
Dirintis sejak 2002 dengan modal hanya Rp 1 juta, dirinya saat ini sudah memperkerjakan 10 orang karyawan. Meski diakuinya omset masih kecil, namun harga bahan baku batok kelapa yang sangat murah membuat usahanya cukup prospektif. Bahkan suaminya yang bekerja di sawah, kini sudah banting stir ikut membantu mengolah batok kelapa.
“Omzet memang masih kecil sekitar Rp 20 juta sebulan, tapi batok kelapa ini murah sekali. Dulu satu karung isi 50 kg cuma Rp 5.000. Sekarang memang sudah naik Rp 25.000 per karung. Sebulan sekali beli satu truk isi 50 karung,” ujar ibu 4 anak ini. (dtc/hm)