Siak (Nadariau.com) – Udara pagi di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim terasa segar, berpadu dengan semangat ribuan generasi muda dan petugas yang berkumpul dalam satu tujuan, menjaga alam dan membangun kesadaran kolektif dalam menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan. Di sinilah, Jambore Karhutla 2025 resmi dibuka dalam sebuah upacara megah dan penuh semangat kebersamaan, Jumat (25/04/2025).
Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si., membuka secara langsung kegiatan yang pertama sekali dilaksanakan di Indonesia tersebut.
Dengan mengusung tema “Menjaga Alam, Melindungi Kebersamaan: Siap, Tanggap, Tangguh”, kegiatan ini menjadi ajang edukasi dan aksi nyata yang menyatukan elemen Pramuka, aparat keamanan, serta komunitas lingkungan dari berbagai daerah dan negara tetangga.
Dalam rangka mendukung upaya peningkatan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana, sejumlah pejabat tinggi negara hadir dalam kegiatan apel besar yang digelar di Provinsi Riau.
Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si., Perwakilan Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Hanif Faisol Nurofiq, serta Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, serta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI.
Dari pihak Pemerintah daerah, turut hadir Kapolda Riau Irjen Pol Dr Herry Heryawan, SIK, MH, M.Hum., Gubernur Riau Abdul Wahid, Danrem 031 Wira Bima Brigjen TNI Sugiyono, serta Ketua DPRD Provinsi Riau, Danlanud RSN, serta pejabat Forkopimda lainnya.
Ratusan peserta apel yang terdiri dari personel TNI, Polri, Basarnas, BPBD, Dishub, Satpol PP, dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) juga ikut meramaikan kegiatan ini. Apel tersebut menjadi bukti kuat dari komitmen bersama untuk menjaga kesiapsiagaan dan kesiapan dalam menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam penanggulangan bencana dan masalah lingkungan.
Sebanyak 1.110 personel dari berbagai unsur mengikuti upacara pembukaan, termasuk dari TNI, Polri, Damkar, BPBD, Manggala Agni, Satpol PP, hingga aktivis dan relawan lingkungan. Menariknya, *pelibatan gajah* sebagai bagian dari formasi upacara menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam.
Acara ini juga dihadiri oleh lebih dari 2.000 peserta dan undangan, mulai dari siswa, mahasiswa, organisasi kepemudaan, hingga tamu internasional dari Malaysia dan Singapura. Tidak hanya menjadi ajang pertemuan lintas daerah dan budaya, Jambore Karhutla ini menjadi ruang berbagi inspirasi dan aksi nyata dalam upaya pencegahan karhutla yang berkelanjutan.
Sebanyak 500 anak muda dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Riau berkumpul dalam kegiatan Jambore Karhutla Riau 2025, sebuah momentum besar yang mengusung semangat kolaborasi lintas generasi dan organisasi dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Bumi Lancang Kuning.
Jambore ini melibatkan berbagai elemen pemuda, mulai dari Penegak Pramuka (SMA), Pandega Pramuka (mahasiswa), organisasi sekolah seperti OSIS dan Sispala, hingga PMI dan Karang Taruna. Tak hanya dari dalam negeri, peserta internasional dari Malaysia dan Singapura turut ambil bagian dalam kegiatan perkemahan ini, menambah semangat solidaritas dan kesadaran lingkungan tingkat regional.
Kegiatan yang dilaksanakan di kawasan hijau Riau ini juga dihadiri oleh para aktivis lingkungan dari organisasi nasional dan regional seperti WALHI, YLBHI, dan Tumbuh Institute, serta insan media yang berkomitmen menyuarakan isu lingkungan.
Hadir pula para tokoh agama dan adat, menunjukkan dukungan penuh terhadap gerakan pemuda peduli lingkungan.
Adapun peserta berasal dari 12 Kab/Kota se-Provinsi Riau antara lain Kota Pekanbaru 60 peserta dan untuk Kota Dumai, Kabupaten Kampar, Siak, Bengkalis, Pelalawan, Kuansing, Inhil, Inhu, Rohil, Rohul, dan Kepulauan Meranti masing-masing mengirimkan 40 peserta.
Sebagai bentuk kontribusi terhadap gerakan menanam nasional yang diinisiasi oleh Presiden Republik Indonesia, kegiatan ini juga ditandai dengan penanaman 110 bibit pohon dari berbagai jenis seperti meranti, durian unggul, gaharu, hingga mangga. Penanaman pohon ini menjadi simbol komitmen peserta untuk merawat bumi dan menanam harapan bagi generasi mendatang.
Dalam rangka komitmen pelestarian satwa liar dan menjaga kelestarian ekosistem, dilakukan kegiatan pelepasliaran burung di kawasan Hutan Tahura Siak Riau, yang juga menjadi simbol penting bagi perlindungan keanekaragaman hayati di daerah ini.
Pelepasliaran burung Srindit, yang merupakan burung khas Riau dan termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi. Selain Srindit, turut dilepasliarkan pula berbagai jenis burung lainnya, dengan total mencapai 565 ekor.
Pelepasliaran ini menjadi langkah nyata dalam upaya mengembalikan satwa ke habitat alaminya, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian fauna endemik Indonesia, khususnya di wilayah Sumatra.
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim, yang berada di Kabupaten Siak, dipilih sebagai lokasi kegiatan karena perannya sebagai kawasan konservasi yang strategis dan kaya potensi edukatif.
Suasana perkemahan yang berlangsung dari 25 hingga 27 April 2025 dipenuhi berbagai aktivitas seru, edukatif, dan kolaboratif, menjadikan jambore ini bukan sekadar acara, tapi gerakan.
Dalam amanatnya selaku Inspektur Upacara, Kapolri mengatakan Indonesia memiliki potensi kekayaan hutan yang sangat besar dengan total luas mencapai 95,5 juta hektare.
Sigit menyebut luasan lahan tersebut membuat Indonesia menempati urutan ke-8 sebagai negara dengan kawasan hutan terluas di dunia, dan berfungsi sebagai salah satu ‘paru-paru dunia’.
“Namun di sisi lain, kondisi kawasan hutan yang luas juga memiliki tantangan serius, yaitu terjadinya deforestasi, yang salah satu penyebab utamanya adalah Karhutla,” ujar Sigit.
Ia menyampaikan setidaknya ada 376 ribu hektare hutan yang terbakar di sepanjang tahun 2024. Kebakaran itu, kata dia, telah berdampak luas bagi kehidupan masyarakat khususnya dari segi ekonomi dan kesehatan.
Khusus untuk Provinsi Riau, Sigit mengatakan tingkat kebakaran hutan yang terjadi pada tahun lalu berada di urutan ke-11 dengan total hutan yang terbakar mencapai 11 ribu hektar.
“Hal ini perlu mendapat perhatian khusus, mengingat dampak asap yang ditimbulkan tidak hanya dirasakan di Provinsi Riau, melainkan dapat meluas ke Provinsi lain bahkan negara tetangga,” jelasnya.
Sigit lantas mengatakan dari analisis BMKG, durasi musim kemarau pada tahun ini diperkirakan akan lebih pendek dari tahun lalu dengan puncak musim kemarau akan terjadi pada Juni hingga Agustus.
Di sisi lain, ia menyebut tingkat kekeringan pada musim kemarau tahun ini relatif normal dikarenakan fenomena iklim global seperti El Nino dan Indian Ocean Dipole ada
dalam fase netral. Sehingga di sepanjang Tahun 2025 diperkirakan tidak akan terjadi kekeringan ekstrim.
Sementara untuk wilayah Riau, Sigit mengatakan potensi titik panas akibat cuaca kering dan rendahnya curah hujan diprediksi akan mulai terjadi sejak Mei dan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada Juli 2025.
Kendati demikian, ia menyebut Pemprov Riau bersama seluruh stakeholder terkait telah mengambil langkah proaktif dengan menetapkan Status Siaga Darurat Bencana
Karhutla sejak 1 April hingga 30 November.
Sigit mengungkap langkah itu dilakukan sebagai upaya mitigasi dalam mengantisipasi potensi karhutla seiring dengan karakteristik cuaca yang lebih kering dibandingkan hari lainnya.
“Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan serta menerapkan strategi yang efektif dalam pencegahan dan penanggulangan Karhutla,” tuturnya.(sony)