Siak (Nadariau.com) – Sekda Siak Jamaluddin mengikuti diskusi dengan tema Goverment Roundtable Riau, Pasca Minyak Bumi dan Sawit melalui virtual. Diskusi itu ditaja oleh Mark Plus Inc sebuah prusahaan konsultan manajemen yang berkantor di Jakarta.
Sebagai pembicara pada diskusi itu pimpinan Mark Plus. Inc Hermawan Kartajaya, Gubernur Riau Syamsuar, Pimpinan Bank Indonesia Wilayah Riau. Mereka memaparkan Pasca Minyak Bumi dan Sawit di Riau tak lagi dihandalkan dan solusinya.
Penjabat Sekda Siak Jamaluddin pada kesempatan itu menyampaikan langkah dan skema Pemkab Siak untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi ke depan Pasca Minyak Bumi dan Sawit.
“Ada tiga sektor besar yang mempengaruhi terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) pada tahun 2019, pertama sektor pertambangan dan penggalian, 31,82 persen, kemudian sektor industri dan pengolahan 36,78 persen, dan diikuti sektor pertanian, perkebunan dan perikanan sebesar 20,10 persen,”kata Jamal di Ruang Live Room lantai dua, kantor Bupati Siak, Kamis, (23/7/2020).
Dikatakannya, dengan turunnya harga minyak, sangat berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Siak. Sejak awal tahun 2015 lalu, hingga saat ini. Ditambah dampak dari wabah covid 19 harga minyak turun di angka US$ 31/barel.
Selanjutnya, potensi minyak kelapa sawit dan minyak bumi di kabupaten Siak, untuk minyak Bumi pada tahun 2017 lifting minyak mencapai 14,587 ribu/barel pertahun, di tahun 2018 turun menjadi 13,843 ribu/barel pertahun.
“Kenapa di tahun 2018 terjadi penurunan, penyebapnya pak, karena harga minyak dunia turun, selanjutnya biaya untuk pengembangan berkurang, tentu berdampak terhadap produksi,” ucapnya.
Masih kata dia, potensi perkebunan kelapa sawit Siak salah satu kabupaten yang memiliki lahan kebun sawit terluas, data tahun 2017 luas kebun sawit di kabupaten Siak berjumlah 324,332 hektar dengan produksi pertahunya mencapai 1.139000 ton. Kalau dilihat tahun 2019 ini mengalami peningkatan, baik jumlah maupun produkainya.
Saat ini minyak Bumi dan industri minyak Sawit masih menjanjikan. Kedua sektor ini mampu memberikan kontribusi yang berimbang bagi pembanggunan daerah. Melalui Dana Bagi Hasil DBH, pajak industri hilir CPO termasuk pajak ekspor dan industri lain.
“Memang kedua sektor diatas kalau kita mengikuti prediksi ahli ekonomi tidak bisa di hadalkan kedepan, makanya sesuai dengan misi Siak, kami ingin mengerakan sektor pariwisata yang berdaya saing. Target kami kedepan pariwisata di Siak akan tumbuh berkembang serta mampu meningkatkan pendapatan asli daerah kabupaten Siak,” harapnya.
Jamal juga menjelaskan, wisata di Siak selain di dukung dengan obyek wisata sejarah, kuliner, alam, dan religi juga tumbuh kelompok sadar wisata yang mengembangkan destinasi wisata alam dan tumbuhan seperti wisata Manggrov dan Merembang di sepanjang daerah aliran Sungai Siak.
“Untuk wisata Alam, Siak memiliki danau Zamrud danau Rawa yang terbesar di Asia. Danau ini memiliki zonasi yang dapat di kembangkan sebagai obyek wisata baru, ini kami buktikan bekerjasama dengan BKSDA provinsi Riau, tidak itu saja termasuk danau Naga Sakit, Giam Siak biosfir termasuk sport sport tourism seperti Serindit boat dan tour de Siak yang sudah berjalan tujuh tahun berturut,” tutupnya.
Selain kabupaten Siak yang mengikuti diskusi itu juga terlihat Wakil Wali kota Pekanbaru, Ayat Cahyadi, Wakil Bupati Rokan Hilir Jamiludin. Video Conference itu juga di hadiri Asisten II Setdakab Siak Hendrisan, Kepala Dinas Pariwisata Fauzi Asni. (den)