oleh : Cut Tasri Mirnalisa
Kehidupan merupakan anugerah dari Sang Pencipta untuk setiap manusia. Dalam menjalani sebuah kehidupan ini tidaklah mudah, yang menghadirkan berbagai rintangan dan perjuangan yang merupakan wujud dalam kehidupan. Tidaklah mudah menafsirkan kehidupan ini, karena Allah sudah merancang semua perjalanan hidup manusia.
Setiap manusia mempunyai berbagai perancangan, namun setiap perancangan itu belum tentu sesuai dengan harapan kita.Allah is the best of planners yaitu sebaik-baik perancangan. Jadi jangan khawatir dalam menjalani kehidupan, karena Allah telah begitu cantik dalam mengatur kehidupan.
Dalam kehidupan ini, ilmu selalu dikaitkan dengan kehidupan karena tanpa ilmu bagaimana kehidupan ini berjalan dengan baik dan sesuai dengan perancangan yang kita harapkan. Ilmu merupakan pondasi utama dalam perjalanan hidup ini untuk menjadi manusia yang cerdas dan bermanfaat bagi Agama, Bangsa dan Negara. Kita bisa melihat didalam kehidupan, tanpa ilmu kita semua adalah kosong seperti kehidupan yang fana yang tak ada arah tujuan untuk melangkah kedepan didunia ini.
Imam al-Ghazali berpesan “semua manusia itu merugi, kecuali mereka yang berilmu, dan semua orang yang berilmu merugi kecuali mereka yang beramal, dan semua orang yang beramal itu merugi, kecuali mereka yang ikhlas”. Ilmu, Amal, dan Ikhlas itu tiga kata yang tidak bisa dipisahkan, maka sudah menjadi kewajiban setiap manusia untuk melakukan kebaikan lainnya dengan ilmu yang sudah didapatkan. Kepandaian seseorang ditentukan berdasarkan ilmu yang diperoleh dan implementasi ilmu itu sendiri dalam kehidupannya.
Pendidikan dan ilmu menempati posisi yang amat tinggi dalam agama Islam sebagaimana firman Allah yang artinya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu : “Berlapang-lapanglah dalam majlis “, maka lapangkanlah niscaya Allah memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Pendidikan disini bukan hanya terbatas pendidikan fardhu’ain sahaja namun juga pendidikan fardhu kifayah karena dua-dua nya penting. Kedua-duanya merupakan penyeimbang dimana pendidikan fardhu’ain untuk ilmu agama dan pendidikan fardhu kifayah untuk masyarakat (dunia) dan perpaduan antara keduanya akan menimbulkan kekuatan yang luarbiasa yang akan melahirkan generasi yang terbaik bagi agama, bangsa dan negara.
Saya mengutip kata-kata dari Buya Hamka: “Kalau hidup sekedar hidup kera juga hidup dan kalau bekerja sekedar bekerja maka kera juga bekerja”. Kata-kata Buya Hamka menjadikan pengajaran bagi kita semua, di mana kehidupan ini bukan hanya sekedar hidup dan bekerja. Kehidupan ini merupakan sebagai musafir yang tidak akan pernah berhenti dalam pencapaian hidup. Sudah seharusnya kita belajar memanfaat waktu dengan tepat dan meninggalkan kampung halaman bagi mengejar ilmu dan cita-cita.
Ingatkan bahwa HIDUP adalah perubahan! Karena didalam kehidupan ini tidak ada yang tidak berubah termasuklah diri kita sendiri berubah kearah yang lebih baik. Kita sebagai aset bangsa tentu harus memberi kejayaan, berani mencoba kearah baru. Jangan pernah rasa takut jika kita melakukan kebaikan-kebaikan termasuklah sumbangan untuk kehidupan ini.
Dalam buku “Pribadi Hebat” oleh Prof.Dr.Hamka dikatakan bahwa manusia lahir ke dunia tidak membawa apa-apa. Setelah melalui hidup, dengan sendirinya timbullah tingkat kehidupan, bertinggi rendah, yang terkenal dan yang tidak terkenal, sampai kepada suatu ketentuan hidup menurut ukuran kekuatan dan kesanggupan.
Tidak ada orang-orang yang sampai dengan tiba-tiba!. Setiap manusia mempunyai tujuan hidupnya masing-masing. Setiap manusia diberikan kelebihan oleh Tuhan. Hanya tinggal kita saja yang mengasahnya dan juga menyadari. Terkadang kita tidak menyadari akan kelebihan atau bakat yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta. Sebenarnya tidak sulit untuk mengetahui kelebihan atau bakat yang ada dalam diri kita. Hanya saja kita harus mengenali terlebih dulu jati diri kita sendiri yaitu dengan menemui diri sendiri adalah salah satu untuk mencari jati diri.
Manusia Mahluk Sosial
Didalam buku “Berani, Let’s Be Brave” oleh Ahmad Safuan Al-Karami, beliau adalah salah satu penulis dari Malaysia. Beliau mengatakan bahwa banyak cara untuk menemui diri sendiri bukanlah berarti dengan melihat dan meraba bagian tubuh. Tetapi mencari kelemahan dan kelebihan yang kita miliki. Kemudian ubahlah kelemahan-kelemahan itu menjadi itu menjadi keyakinan, kemahuan dan perasaan positif lainnya.
Sepannjang kehidupan ini, manusia selalu diingatkan supaya mampu mengenali dirinya sendiri. Termasuklah hablum minallah yaitu hubungan manusia dengan Allah, supaya kita tahu pertanyaan yang mendasar sebagai manusia salah satunya seperti tujuan manusia diciptakan dan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar lainnya. Dengan demikian kita bisa mengetahui arti kehidupan yang sebenarnya dengan tidak melupakan Sang Pencipta yaitu pemberi kehidupan ini.
Setelah pertanyaan-pertanyaan mendasar terjawab maka barulah kita menemui jati diri yang sebenarnya. Kemudian melangkahlah menuju keberhasilan dan asahlah kemampuan yang dimiliki. Sebagai manusia tentunya kita harus merancang masa depan, termasuklah prinsip-prinsip keberhasilan itu sendiri. Sebagaimana sabda Nabi SAW “ Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya. Maka dari itu berilah pengertian terhadap diri sendiri. Berilah pengertian dan keyakinan yang terhadap diri. Dengan itu, kita dapat menentukan tujuan yang positif dalam kehidupan ini. Jika kita ingin menjadi orang berjaya, temukan bakat atau kemampuan yang tersembunyi dalam diri.
Sumbangan merupakan cita-cita, dengan cita-cita tercapai itu akan memberikan impak positif dan kebaikan bagi diri sendiri, agama, bangsa dan negara. Hanya saja setelah cita-cita itu tercapai pikirlah apa yang harus dilakukan. Jangan sampai kejayaan yang kita capai memberikan suatu impak negatif kepada orang lain. Maksudnya disini, impak negatif yang mana hanya memikirkan diri sendiri, tidak peduli terhadap orang lain. Padahal kita hidup didunia ini adalah bermasyarakat, lakukan apa yang patut dilakukan dengan menembus kejayaan bagi semua orang.
Kehidupan ini, sudah seharusnya kita menjadi makhluk sosial. Menjadi bagian dari masyarakat tidaklah sulit. Kadang kebaikan-kebaikan kecil yg dilakukan juga merupakan seorang sosial, yaitu peduli terhadap orang lain. Contohnya menyebarkan ilmu yang dimiliki dan itu sangat mudah untuk dilakukan. Siapapun bisa melakukannya, yang terpenting keberanian dan keyakinan yang perlu ada dalam diri kita. Beranilah jadi pemain, bukan sebagai penonton. Jika ingin meraih kejayaan dan kebaikan beranilah dalam melakukan hal-hal yang positif dan yang akan memberimu kejayaan untuk dunia dan akhirat. Dengan melihat kembali kepada sejarah Islam dahulu ketika masa empayar Turkey Usmaniyyah yang dipimpin oleh seorang pemuda yang sangat luarbiasa. Ia adalah Sultan Muhammad Al-Fatih yaitu anak dari Sultan Murad II. Muhammad II atau biasa yang disebut Sultan Muhammad Al-fatih beliau adalah pemuda yang menaklukkan Konstatinopel ketika zaman itu. Ketika Empayar Islam Turkey Usmaniyyah Islam berkembang dengan pesat dan banyak sumbangan Islam pada masa itu. Kita bisa mencontoh Empayar Islam pada masa dahulu dengan mengobarkan semangat Islam dalam diri kita. Jadilah manusia pemberani! (Penulis adalah mahasiswi Universiti Sultan Zainal Abidin (UniSZA), Terengganu, Malaysia, asal Aceh)