Pekanbaru (Nadariau.com) – Dimata Pemerhati Sejarah dan Kebudayaan, insiden terbakarnya salah satu replika patung kerajaan Siak Sri Indrapura beberapa hari lalu, merupakan kejahatan sosial yang mesti diambil hikmahnya.
Pasalnya, insiden yang takĀ mungkin terjadi ini, bisa kebobolan hanya karena keteledoran petugas maupun pengawas.
“Saya pikir, mari sama-sama direnungkan kembali, mengapa hal ini bisa terjadi, sementara sistim pengawasan diluar maupun dalam sangat ketat”, ujar Riyono Pemerhati Kebudayaan dan sejarah Pekanbaru, Rabu (10/01/2018) di kediamannya.
Ia menjelaskan, sebuah kerapan adat setiap daerah dimanapun,Ā baik kebudayaan, sejarah dan barang peninggalan merupakan kebanggan tersendiri.
Munculnya sebuahĀ kebanggaan, tentunya rasa memiliki untuk menjaga dan melestarikan, terbetik dalam sanubari untuk melakukan yang terbaik terhadapĀ benda itu.
“Jika ada sesuatu diluar pikiran dan kendali kita terhadap benda sejarah, wajib menjadi beban bersama, terlebih pihak pemerintah itu sendiri”, bebernya.
Tentang motif dan tujuan pelaku pembakaran replika patung kerajaan siak, tentunya yang berhak untuk mengetahuinya pihak yang berwenang dalam hal ini kepolisian setempat dan jajaran pemerintahan serta dibantu masyarakat sekitaran Istana Siak.
Kalau dipandang dengan kasat mata telanjang, banyak faktor mengapa hal ini terjadi disaat istanaĀ siak menjadi ikon dan ramai dikunjungi banyak orang.
“Sama-sama kitaĀ berharap, hal yang serupa tidak akan pernah terulang kembali, tentunya semua stek holder, jajaran pemerintahan dan pihak keamanan bersatu padu menjaga peninggalan sejarah ini “, pungkasnya. (mkl)