Pekanbaru (Nadariau.com) – Pertumbuhan Provinsi Riau jauh lebih baik sejak dua tahun terakhir. Baik dibidang ekonomi, pembangunan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Sebab Gubernur Riau (Gubri) , H Arsyadjuliandi Rachman mengaku optimis pembangunan Riau akan jauh lebih maju dan berkembang jika pemerintah pusat memberikan perhatian yang lebih banyak lagi kepada Negeri Lancang Kuning ini.
Gubri mencontohkan soal pembangunan jalan tol di Riau dan lainnya,” ujar Andi Rachman di hadapan puluhan mahasiswa dari berbagai universitas ternama di Indonesia dalam pertemuan yang diinisiasi oleh Lembaga Pengkajian Ilmiah dan Informasi Fakultas Ekonomi Universitas Riau, di Gedung Daerah Provinsi Riau.
Gubri menyebut, pertumbuhan ekonomi Riau dalam dua tahun terakhir melambat, yakni hanya 2,23 persen pada tahun 2016 akibat anjloknya harga migas dan komoditi perkebunan seperti sawit dan karet.Kendati melambat, PDRB Riau tercatat tetap tertinggi di luar Pulau Jawa.Oleh sebab itu, sudah selayaknya pemerintah pusat memberikan perhatian lebih kepada Riau karena kontribusi yang sangat besar kepada negara terutama dari sektor migas.
Apalagi, membangun infrastuktur di Riau berbiaya tinggi karena struktur tanah Riau yang sebagian besar terdiri dari gambut.”Riau ini 54 persen wilayah daratnya terdiri dari gambut. Kita belum menemukan teknologi yang tepat untuk membangun di atas tanah gambut ini. Makanya kadang, jalan baru dibangun, beberapa bulan sudah retak-retak. Kita perlu dana besar untuk membangun,” terang Gubri.
Makanya, dengan kemampuan APBD Riau yang hanya berkisar Rp10 -11 triliun per tahun pasti tidak mencukupi.”Itu sebabnya kita minta perhatian dari Pemerintah Pusat,” tegas Andi.Gubri menegaskan bahwa ke depan Riau tidak bisa lagi lebih banyak bergantung kepada sektor migas dan komoditas sawit serta karet, karena harga yang ditentukan pasar dunia.”
Riau tidak mungkin lagi tergantung kepada migas dan komoditi perkebunan karena harganya tidak mungkin seperti dulu lagi,” ucapnya.
Itu pula sebabnya, Pemprov Riau dibawah kepemimpinan Gubri Andi mengambil beberapa kebijakan. Pertama, membangun pariwisata berbasis budaya di Provinsi Riau. Andi optimis karena banyak destinasi menarik di Bumi Lancang Kuning.Paling tidak ada 168 destinasi dan 42 iven wisata.
Target kunjungan wisata ke Riau tahun 2017 sebanyak 70.997 orang.Kedua, memaksimalkan potensi perikanan laut. Riau memiliki garis pantai sepanjang 2.076 km atau dua kali Pulau Jawa.Sejauh ini, potensi ini hampir belum tersentuh. Perikanan laut yang bisa dikembangkan antara lain, kerang, kepiting, ikan bawal bintang dan lainnya.
Ketiga, berharap perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Riau agar memiliki NPWP Riau, sehingga Riau juga mendapat bagian dari pajak.Selama ini ratusan miliar pajak dari perusahaan-perusahaan besar di Riau bayar pajak ke Pemerintah Pusat sementara Riau tidak mendapat apa-apa.”Kami juga berharap agar perusahaan-perusahaan yang ada di Riau lebih memprioritaskan tenaga kerja asal Riau dibanding yang lain,” pungkasnya.
Selanjutnya, Perekonomian Riau sudah terbangun dan ditopang sektor Migas, pertanian perkebunan dan pertambangan. Kita tahu sektor-sektor tersebut sangat rentan dengan pengaruh harga pasar global.
Dampaknya sangat terasa bagi Indonesia, tentunya karena Riau share terbesar di sektor-sektor itu, maka Riau yang paling terdampak kontraksi perekonomian.
Hal ini juga dapat dilihat dari Analisis sektoral. Dengan mengesampingkan sektor Migas, artinya kalau perekonomian Riau tanpa Migas angka Pertimbuhannya mencapai 4,37 persen YoY. Itu masih dipengaruhi konstraksi sektor Pertanian/perkebunan yang kita tahu kontribusinya terhadap perekonomian cukup besar.
Pemerintahan Andi Rachman sudah berhasil dan terus mendorong pertumbuhan sektor jasa untuk menopang perekonomian daerah agar lebih berdaya tahan.
Bahkan hasil terakhir Analisis BI diperkirakan mulai triwulan III tahun 2017 perekonomian Riau mulai membaik karena ditopang permintaan domestik yang kuat dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi dengan migas sekitar 3, 19 persen YoY yang didukung peningkatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah di akhir tahun dan peningkatan ekspor.
Perlu diketahui juga bahwa Perekonomian Riau memberikan share terbesar kelima nasional (5,04 persen) bersama sama DKI Jakarta (17,36 persen), Jawa Timur (14,60), Jawa Barat (13,13 persen) dan Jawa Tengah (8,6 persen). Artinya Andil Ekonomi Riau terbesar pertama di Sumatera /luar jawa.
Kalau membandingkan sesuatu itu mestinya apple to apple. Kalau membandingkan ekonomi Riau kurang tepat dengan Sumbar, Jambi dan Provinsi yang berbeda potensi dan keunggulannya. Bandingan Riau adalah Kaltim dan ternyata kinerja ekonominya hampir sama dengan Riau. Bahkan untuk indikator-indikator tertentu Riau lebih unggul.
Untuk diketahui bahwa Serapan APBD Riau sudah membaik. Dari 63 persen tahun 2014, 68 persen tahun 2015 menjadi 84, 19 persen tahun 2016. Hasil itu semua dengan kerja keras, memacu program sambil membenahi masalah-masalah masa lalu.
Alhamdulillah perencanaan, penganggaran dan pengelollan Asset yang diurus Pemerintahan Andi Rachman sudah kembali ke track (on the track). Pengelolaan asset dari kondisi amburadul, tidak terinventarisasi, tidak terurus, tidak tertib.
Saat ini sudah mulai tertib yang sebelumnya belum ada nilai buku yang valid, bertahap dibenahi dari nilai perolehan 9 T tahun 2015, 25 T tahun 2016 dan hasil LHP BPK tahun 2017 tercatat dan tervalidasi 33 T.
Itu semua adalah kerja Recovery yang membutuhkan kesungguhan dengan niat tulus ikhlas membenahi administrasi pemerintahan agar bisa membangun Riau lebih baik untuk selanjutnya.(Advetorial)