Penulis   : Alin Indra Jaya
Wartawan : Nadariau.com
Foto      : Alin Indra Jaya
Pekanbaru (Nadariau.com) – Disaat Sumatera Tengah terbentuk tahun 1948, yang terdiri dari provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau dan Jambi, maka pusat kota berada di Bukittinggi. Namun pada tahun 1957, pasca meletusnya perang Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) tanggal 1 Juli 1957 anggota kabinet bersidang dan menyetujui memecah dan melakukan pembentukan provinsi baru yang terdiri dari Sumatera Barat, Riau dan Provinsi Jambi.
Pemecahan Provinsi Sumatera Tengah menjadi tiga yaitu berdasarkan undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957. Kemudian untuk Provinsi Riau, ibukotanya di pusatkan di Tanjung Pinang. Pada saat itu, Soekarno menunjuk Sutan Mohammad Amin Nasution (SM Amin) sebagai Gubernur pertama Riau.
Selanjutnya dua tahun berikutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Desember/I/44-25 pada tanggal 20 Januari 1959, ibukota provinsi dipindahkan ke Pekanbaru. Dimana masa SM Amin telah berakhir dan di gantikan oleh Letkol Kaharuddin Nasution yang menjadi gubernur ke dua di Riau.
Sejak menjadi bagian Sumatera Tengah, Riau belum memiliki universitas maupun perguruan tinggi. Para nenek moyang yang telah menjadi tokoh di Riau, sebelumnya mereka bersekolah di Bukittinggi, di Padang dan di Tanah Jawa.
Setelah terbentuk provinsi baru, para gubernur bersama kepala daerah kabupaten/kota mulai merancang pusat pendidikan untuk pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi generasi penerus di Riau. Maka pada tanggal 4 September 1962 berdiri Universitas Islam Riau (UIR). berselang satu bulan, tepat pada tanggal 1 Oktober 1962 ditahun yang sama, berdiri pula Universitas Riau (Unri).
Sejak ada dua kampus ini, anak Riau tidak perlu jauh jauh menimba ilmu pendidikan. Mereka sudah bisa menimba ilmu di kampungnya sendiri. Sehingga setiap tahun, ratusan hingga ribuan orang telah lulus menjadi sarjana. Kemudian mereka mulai meniti dan membangun Riau dengan baik.
Apalagi, pada tanggal 24 September Badan Pekerja Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (BP3KR) yang di ketuai oleh Umum BP3KR Huzrin Hood, berhasil memecah kembali Provinsi Riau menjadi dua. Yaitu Provinsi Riau berpusat di Pekanbaru dan Provinsi Kepulauan Riau berpusat di Tanjung Pinang.
Pasca pemisahan dua provinsi ini, perkembangan perguruan tinggi sangat pesat di Riau. Hingga kini jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta telah lebih dari 100 kampus di Riau. Alhasil belasan ribu orang generasi muda berhasil menjadi sarjana setiap tahunnya.
Selain dari Pemerintah, perkembangan dan kemajuan perguruan tinggi di Riau tidak luput dari peran serta dan perhatian perusahaan lokal. Dimana perusahaan turut membantu perguruan tinggi melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR) bidang pendidikan.
Sehingga kelengkapan sarana dan prasarana perguruan tinggi di Riau sudah menyamai perguruan tinggi yang sudah maju di Pulau Jawa, di Provinsi Sumatera Barat dan kota besar lainnya di Indonesia.
Apalagi tahun 2022 salah satu perusahaan lokal di Riau yakni, Pertamina Hulu Rokan (PHR) telah membuat terobosan baru dengan membangun kawasan Ekoriparian seluas 3 hektar sebagai kawasan wisata edukasi berbasis ekosistem di Universitas Lancang Kuning (Unilak). Setiap warga umum berkunjung ke sana selalu terpesona dan takjub melihat pesona keindahan bunga-bunga, danau yang bersih, pepohonan yang rindang dan rerumputan yang hijau.
Dimana Unilak yang dulu memiliki danau yang tidak terurus saat ini airnya sudah bersih. Hal ini dikarenakan dua pintu masuk hulu air yang bersumber dari aliran limbah Pemukiman warga dan sungai yang bersumber dari mata air dilakukan penyaringan melalui tanaman kantong semar. Lumpur danau di keruk dan di pasang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sehingga pengolahan air menjadi bersih. Selanjutnya air bersih ini dihilirkan ke kampus Politeknik Caltex Riau (PCR), terus ke pemukiman warga dan berakhir di Sungai Siak.
Keliling danau di tembok rapi, tebing tanah dipasang rumbut dan berbagai jenis bunga yang tersusun rapi. Kemudian tanaman pohon di perbanyak. Penanaman pohon ini ditanam secara instan, maksudnya pohon diluar dicabut dan di pindahkan ke lokasi Ekoriparian Unilak. Sehingga menyebabkan udara bersih dan ringan.
Kemudian, untuk memanjakan pengunjung, juga di bangun Cafe tempat minum makan, bangku-bangku di taman dan lampu-lampu, sehingga pada malam hari suasana menjadi cantik dibawah udara yang asri. Dengan kelengkapan sarana prasarana ini, menyebabkan ratusan hingga ribuan pengunjung berdatangan untuk menyantai, olahraga dan senam di lingkungan Ekoriparian.
Disisi sebelah kanan PHR juga dibantu pembangunan dan perawatan Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Hutan Rawa, yang memiliki lebih dari 200 jenis tanaman, flora fauna. 173 spesies pohon dan 87 spesies satwaliar. Beberapa diantaranya merupakan spesies terancam kepunahan yang terdaftar di daftar merah (red list) International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).
Selain itu, Taman Kehati Arboretum (Hutan milik untuk penelitian) milik Unilak ini yang terdiri dari 173 spesies pohon, diantaranya 139 merupakan spesies Asli Sumatra dan 34 spesies merupakan introduksi dari luar Sumatra. Sebanyak 109 spesies merupakan pohon yang tumbuh secara alami, sedangkan 57 spesies merupakan tanaman pengkayaan yang dilakukan oleh Unilak.
Taman Kehati Arboretum Unilik merupakan surga tersembunyi yang tidak diketahui orang banyak. Namun taman yang merupakan hutan mini ini telah menyimpan banyak ilmu untuk tempat penelitian pendidikan kehutanan. Hutan mini ini sering dikunjungi pelajar dan ilmuwan untuk meneliti jenis kayu dan melakukan perawatan hutan.
“Peran perusahaan sangat penting untuk kemajuan kampus di Riau. Contoh di Unilak, berkat penataan yang bagus, Unilak dalam bidang lingkungan telah mendapatkan apresiasi dari MURI (museum rekor Indonesia) terkait Taman Keanekaragaman Hayati Hutan Rawa Sumatra Pertama yang diserahkan oleh MURI kepada Unilak yang bekerjasama dengan BRIN dan PHR pada 1 Maret 2024. Penghargaan ini sangat membanggakan bagi Unilak,” kata Wakil Dekan Fakultas Kehutanan Unilak, Dodi Sukma.
Karena dirasa berhasil, tahun 2023 PHR kembali menyalurkan CSR untuk pembangunan Ekoriparian ke dua ke Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI). Dimana PHR membangun IPAL untuk mengolah air parit sekunder yaitu aliran parit di Jalan Tuanku Tambusai menjadi rendah carbon. PHR membangun tiga kolom pengolahan air yang menghasilkan air limbah tinggi karbon menjadi rendah karbon sehingga saat airnya dialirkan kembali ke parit sekunder menuju hilir di Sungai Sibam, sudah bisa ikan hidup dan tidak berbau.
PHR juga membangun cafe dan kantin. Serta membangun sistem biogas, dimana sampah organik kantin, cafe dan pusat UMKM yang ada di Ekoriparian dikumpulkan dalam sistem Biodigester yang difermentasi sehingga menghasilkan gas sebesar 12 kubik dengan kapasitas menghidupkan kompor selama 3-5 jam untuk 6 kompor. Bagian Tamannya ditanami bunga-bunga dan pohon-pohon besar secara instant. Sehingga menyebabkan kawasan kampus menjadi indah dan asri.
“Sejak dibangun ekoriparian ini, telah menimbulkan aspek wisata, sosial, ekonomi, lingkungan dan edukasi. Dari dalam cafe ini, kita bisa melihat keindahan kampus dan menikmati kendaraan lalu lalang di jalan. Kita bisa duduk tenang dengan menghirup udaya yang bersih. Cafe dan taman ekoriparian ini terbuka untuk umum. Bagi yang ingin belajar pengolahan limbah, pembuatan biogas bisa datang ke UMRI. Selain itu kita juga menggunakan lampu tenaga surya serta membuat Penampungan Air Hujan (PAH) yang berfungsi untuk menyiram tanaman dilingkungann ini,” kata Wakil Rektor III Umri Jufrizal di dampingi oleh Dekan FMIPA Umri Prasetya dan Ketua LPPM Umri Aidil Haris.
Sementara Analyst Social Performance PHR Priawansyah mengaku, PHR selalu mencari program yang bermanfaat untuk dunia pendidikan di Riau. Dengan pembangunan Ekoriparian, dapat menjadikan lingkungan kampus menjadi bersih. Baik dibidang air, lingkungan dan udara.
Pembangunan Ekoriparian di dua kampus ini, dapat memberi nuansa baru nan indah bagi mahasiswa dan pengunjung umum untuk menikmati kampus yang ramah lingkungan. Sehingga generasi penerus bisa belajar dengan baik, tubuhnya sehat dan pemikirannya menjadi jernih.
Dalam bantuan melalui program CSR ini, PHR juga membangunkan cafe dan kantin untuk dijadikan sebagai UMKM yang bisa mendapatkan penghasilan dalam pembiayaan pemeliharaan kawasan ekoriparian di kampus masing masing. Dengan adanya ekoriparian, dapat dilihat masyarakat umum juga ramai berkunjung untuk duduk santai, berfoto dan olahraga.
Selain PHR, diharapkan perusahaan lain juga bisa mendukung kampus dan sekolah membangun ekoriparian diwilayah kerja masing masing. Karena ekoriparian bisa meningkatkan keindahan kampus, menjadikan udara asri dan membantu promosi kampus melalui aspek wisata dari masyarakat umum yang datang berkunjung.
“Tujuan pembangunan kawasan ekoriparian adalah untuk mendukung dunia pendidikan berbasis ekosistem. Serta menjadi tempat edukasi bagi kampus lain, perusahaan dan masyarakat dalam pengelolaan air, tanah dan udara. Jika ekoriparian ini berkembang di Riau, maka air, tanah dan udara di Riau akan menjadi bagus. Sehingga masyarakat akan hidup dalam keadaan sehat, aman dan damai,” kata Priawansyah dengan penuh kegembiraan. ***