Papua (Nadariau.com) – Cerita dakwah Ustaz Abdul Somad diwarnai banyak peristiwa, mulai dari yang getir hingga suka cita.
Hari ini, mubaligh kelahiran Silo Lama, Asahan, Sumatra Utara, 41 tahun silam itu berkesempatan mengunjungi beberapa lokasi di Papua Barat, khususnya Kota Sorong dan Kabupaten Raja Ampat.
Dia mengungkapkan, inilah untuk pertama kalinya bersafari dakwah di Papua. Kesan pertama yang menggembirakannya, antara lain, sambutan hangat dari segenap masyarakat setempat, baik itu aparat pemerintah daerah, kepolisian, TNI, maupun khalayak umum.
“Pertama kali (berceramah di Papua). Alhamdulillah, sambutan masyarakat luar biasa, (baik) yang Muslim maupun non-Muslim,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Sabtu (22/9).
Dia bercerita, Kapolda Papua Barat, Brigjen Polisi Rudolf Alberth Rodja, termasuk di antara mereka yang menyambut kedatangannya. Menurut Ustaz Abdul Somad, orang nomor satu di kepolisian Papua Barat itu sejak awal terus mendampinginya.
Demikian pula dengan Bupati Raja Ampat, Abdul Fariz Umlati dan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Papua Barat, Ahmad Nausrau.
“Kebetulan satu kapal dari Sorong ke Raja Ampat dengan Kapolda,” ucapnya.
Kegiatan peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 itu selama di Sorong dan Raja Ampat berjalan lancar dan kondusif.
Memang, seperti diungkapkan Ustaz Ahmad Nausrau, kaum Muslimin setempat sudah lama menanti-nanti siraman rohani dari dai yang lulusan Universitas al-Azhar (Mesir) dan S-2 Darul Hadits (Maroko) itu.
Ustaz Abdul Somad mengaku kagum terhadap Kapolda Papua Barat dan istrinya. Dia menjelaskan, sewaktu sesi foto bersama di atas kapal, Brigjen (Pol) Rudolf Alberth Rodja kebetulan tidak memakai celana panjang.
“Ketika foto, Pak Bupati Raja Ampat di sebelah kiri saya, Ketua MUI (Papua Barat) di sebelah kanan. Lalu Pak Kapolda (menyampaikan), ‘Saya mengawal di belakang saja. ’Ternyata beliau memakai celana pendek. Begitulah cara beliau menghormati, agar jangan sampai ada kesan bahwa (petinggi kepolisian) foto pakai celana pendek (sehingga diartikan) tidak menghormati seorang tokoh agama,” ungkapnya.
Selain itu, Ibu-ibu yang ada di kapal juga mau foto bersama Ustaz Abdul Somad.
“Mereka di belakang saya. Salah seorang ibu ngomong, ‘Bu Kapolda di samping Ustaz’ karena memang ada kursi kosong. Tetapi Istri Kapolda menjawab, ‘biarkan pangeran sendirian,’” lanjutnya.
Sikap, tutur kata dan bahasa tubuh Kapolda Papua Barat beserta istri, bagi Ustaz Abdul Somad, menandakan betapa mereka menjunjung tinggi kehormatan tokoh-tokoh agama.
Hal itu juga melambangkan bahwa di Papua Barat, kebinekaan tidak sekadar slogan, melainkan sudah diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Begitu beliau (Kapolda Papua Barat) dan istri menjaga kehormatan ustaz, agar tidak berfoto di samping ustaz tanpa mahrom dan tidak berhijab. Kebinekaan itu indah,” kata pendakwah yang juga dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau itu menutup pembicaraan. (nrc)