Inhu(Nadariau.com) – Peran Generasi muda sangat pentong untuk menyadarkan warga tentang bahaya politik uang dalam Pemilihan Umum (Pemilu).
Tahun politik sudah di depan mata, sebelumnya Pemilu serentak Gubernur dan Wakil Gubernur telah dilaksanakan di tahun 2018 ini berjalan dengan lancar, aman dan damai.
Namun perlu diketahui bahwasanya dalam waktu dekat yaitu tahun depan tepatnya pada bulan April 2019 akan ada juga pemilu serentak pemilihan Presiden/wakil presiden, DPD RI, DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten.
Sehingga masyarakat akan disibukan dengan aktifitas mensukseskan kegiatan tersebut.
Salah satu Putra Daerah Kecamatan Lirik, Anggi Destriono menyebutkan bahwa dalam menentukan pilihan calon yang akan dipilih sebaiknya memiliki kemampuan yang mumpuni, teruji dan terpercaya.
Figur calon sebaiknya harus yang telah memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat selama ini, bukan hanya sekedar mencalonkan saja sebagai tukang sorak bergembira pada Pilkada nanti.
Dan yang terpenting para calon harus benar-benar kompeten jangan hanya ambisi atau hanya ditunggangin untuk memenuhi kuota partai.
Dalam menentukan pilihan, pilihlah calon dari hati ke hati. Maka InsyaAllah jika terpilih bisa amanah kepada jabatan yang di amanahkanserta peduli terhadap masyarakat sekitar.
“Kalau bisa pilihlah calon yang memang berdomisili asli tempatan itu sangatlah penting, sehingga lebih mudah dijumpai oleh masyarakat,” pungkasnya.
Hal senada disampaikan oleh Alfiantoni ST alumni Universitas Islam Riau sekaligus Tokoh Pemuda Desa Sukajadi Kecamatan Lirik ini mengungkapkan, jika masih ada nanti masyarakat tergoda money politik maka alamat akan terjadi pemanfaatan semata dengan menjual beli suara.
“Setelah suara kita dibeli dengan harga 100 atau 200 ribu maka setelah duduk menjabat kita akan terlupakan,” ujarnya.
Mirisnya lagi selama 2 periode yaitu 10 Tahun, kecamatan lirik harus rela gigit jari setelah tidak memiliki perwakilan rakyat ditingkat Kabupaten Indragiri Hulu.
“Sangat disayangkan Inhu hanya menjadi lumbung suara bagi orang di luar lirik. Namun di kampung sendiri malah tidak ada yang duduk satupun,” ungkapnya, dengan nada kecewa.
Kedepan mari sama sama belajar dari tahun-tahun yang lalu, dengan bersama menyadarkan masyarakat tentang dampak bahaya dari politik uang.
“Kita tolak politik uang kalau ingin daerah menjadi lebih maju dan berkembang khususnya di Kecamatan Lirik sendiri. Jangan mau terpecah belah lagi kita harus bersatu untuk menang,” tutupnya. (dan)