[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Dengarkan Berita”][divide]
Pekanbaru (Nadariau.com) – Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau (Kadisbud), Yoserizal Zein yakin dan optimis Riau optimis akan terwujud Riau menjadi pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara pada tahun 2020.
Yoserizal mengatakan, walaupun Dinas Kebudayaan Riau baru efektif dioperasionalkan setahun belakangan, namun, program yang dijalankan diyakini akan mampu melakukan percepatan untuk mewujudkan Visi Riau 2020 di bidang kebudayaan tersebut.
“Terus terang, sejumlah pembangunan di bidang kebudayaan yang kita lakukan setahun belakangan memberikan harapan yang menggembirakan,” kata Yoserizal.
Dijelaskannya, keberhasilan pembangunan di bidang kebudayaan tidak seperti keberhasilan di bidang fisik dengan parameter yang terukur. Melainkan, sebutnya, keberhasilan pembangunan di bidang kebudayaan terletak atas adanya pengakuan.
“Alhamdulillah, sejumlah program yang kita lakukan telah mendapat pengakuan dari institusi yang memiliki kompetensi tentang itu,” ujarnya baru-baru ini kepada wartawan.
Ditambahkannya, karya budaya Provinsi Riau telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tidak Benda (WBTB).
Dikatakan Yose, dari 16 karya budaya Riau yang termasuk kategori WBTB, sebanyak 10 di antaranya sudah diakui sebagai WBTB, dan enam lainnya telah mengantongi sertifikat.
Ke-10 warisan budaya yang termasuk kategori WBTB tersebut, meliputi Tunjuk Ajar Melayu, Sijobang Buwong Gasiang, Zapin Api, Zapin Meskom, Manongkah, Perahu Baganduang, Batobo, Rumah Lontiok, Silat Perisai, dan Onduo Rokan.
Sementara, untuk karya budaya Provinsi Riau yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Benda (WBB), meliputi Balai Kerapatan Tinggi,
Makam Sultan Syarif Kasim II, Masjid Raya Syahbuddin, Tangsi Belanda, Gedung Controlleur, Bangunan Landraad, dan Makam Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah. “Ke semuanya berlokasi di Kabupaten Siak,” terang Yose.
Mantan Kepala Biro Humas ini mengatakan, saat ini, pihaknya juga tengah mengupayakan pantun didaftarkan di badan PBB, Unesco, untuk menjadi warisan budaya dunia, seperti tahun sebelumnya atas nama Perahu Phinisi.
Pengakuan lain yang diterima Riau di bidang kebudayaan, tambah Yose, sebagai pusat pelestarian dan pengembangan tari Zapin.
“Karena sudah ditetapkan sebagai pusat pelestarian dan pengembangan tari Zapin, tugas kita adalah untuk menjaga, memelihara, dan merawat jenis kebudayaan yang satu ini sehingga tetap tumbuh dan berkembang,” ungkapnya.
Tak hanya tari Zapin, jenis-jenis kebudayaan lain yang berasal, tumbuh, dan berkembang di Riau juga menuntut untuk upaya melestarikan dan mengembangkan agar tetap eksis, agar tidak terjadi bencana budaya.
Bencana budaya, papar Yose, yaitu hilangnya sejumlah tradisi yang berasal dari satu akar budaya tertentu karena tidak ada upaya-upaya untuk melestarikannya.
Yang kemudian digantikan oleh tradisi yang berasal dari akar budaya lain, yang pada beberapa kasus bisa saja bertentangan dengan norma dan nilai-nilai yang dianut secara teguh oleh masyarakat. (ind)