Rabu, Desember 11, 2024
BerandaHeadlineKilin, Barongsai Kasta Tertinggi yang Tak Sembarangan Dimainkan

Kilin, Barongsai Kasta Tertinggi yang Tak Sembarangan Dimainkan

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Dengarkan Berita”][divide]

Bogor (Nadariau.com) – Anda pasti tidak tau semua jenis Barongsai, yang biasa digunakan warga Tionghoa. Baik di Indonesia maupun luar negeri. Ternyata ada jenis Barongsai yang tidak bisa dimainkan sembarangan.

Barongsai yang dulu digunakan untuk prosesi ritual adat dan kebudayaan Tionghoa, kini sudah sudah bisa dinikmati untuk tujuan hiburan, bahkan jadi cabang olahraga bergengsi di dunia dan Indonesia.

Namun, ternyata ada satu jenis hewan rekaan dalam rumpun barongsai yang amat spesial perlakuannya, yaitu kilin. Kilin merupakan hewan rekaan jenis barong yang menempati kasta tertinggi dalam kebudayaan Tionghoa.

Meski asal budayanya bersumber langsung dari China, Indonesia punya kilin yang masih terus dilestarikan dengan segala ritual budayanya.

Perguruan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih, Bogor, satu-satunya perguruan yang masih meneruskan kilin di Indonesia. Bahkan dengan segala perlakuan khususnya yang istimewa dibanding barongsai.

“Kilin ini istimewa karena dianggap hewan tunggangan dewa. Keluarnya pun tidak bisa sembarangan, untuk komersil, seperti barongsai, hanya untuk acara keagamaan,” ungkap Irwan Rahardja, keturunan ke empat pelestari kilin PGB Bagau Putih, seperti dikutip dari KompasTravel, Sabtu (24/02/2018).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Ayo Mengenal Kilin, Barongsai Spesial yang Tak Sembarangan Dimainkan”, ungkap Irwan Rahardja, keturunan ke empat pelestari kilin PGB Bagau Putih, kepada KompasTravel, di Bogor.

Karena kedudukannya tersebut kilin menjadi istimewa, sehingga untuk memainkannya butuh keterampilan gerak khusus. Karena kilin dipercaya merupakan jenis binatang rekaan yang menggambarkan filosofi 13 unsur binatang.

“Orang yang membawakannya harus bisa menjiwai ketika ia jadi macam-macam binatang yang diwakilinya. empat kaki kilin aja itu mewakili binatang yang beda-beda, otomatis gaya jalannya beda,” ungkap Peter, salah satu instruktur senior kilin di PGB Bangau Putih di Bogor.

Ia mengatakan, orang yang memainkan kilin harus memenuhi syarat. Adapun syaratnya seperti ahli beladiri silat minimum sabuk merah. Hal itu disyaratkan karena berkaitan dengan ketahanan fisik saat memainkan kilin yang gerakannya bisa sangat lambat bisa juga sangat cepat.

Orang yang bisa memainkan minimal berusia 15 tahun dengan perawakan yang proporsional. Menurutnya, karena kekuatan kepala dan badan kilin saaat ditopang harus seimbang.

Para pemain dalam satu tim pun diharuskan puasa makan daging, atau binatang yang bernyawa selama 15 hari sebelum ditampikannya kilin, salah satunya saat Cap Go Meh.

“Gunanya untuk menjaga fisik, juga diisi latihan terus selama itu untuk membangun mentalnya,” tutur Peter kepada KompasTravel.

Salah satu ciri fisik yang membedakan kilin dengan barongsai ialah bersisik naga tidak berbulu, berjenggot panjang, berkaki empat dengan cara jalan yang berbeda-beda, dan warna badan merah atau hijau (jenis paling sakral). (nrc)

BERITA TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Berita Populer