Pekanbaru (Nadariau.com) – Kabupaten Siak, terkenal dengan konten nilai kearifan lokal dan mampu mempertahankan nilai kebudayaan, hingga dalam promosinya meningkat begitu pesat.
Melihat keadaan yang semangkin pesat baik iven lokal maupun internasional, tim peserta kujungan Wisata Nadariau.com melawat dinegeri Istana Siak.
“Progam ini kami kemas ditahun 2018, sebagai awal kunjungan wisata diberbagai daerah Provinsi Riau,” kata ketua Rombongan , Tengku Aulia, Sabtu (06/01/2018).
Ia menambahkan, bahwa rangkaian kegiatan tersebut meliputi kunjungan Istana dan makan Sultan Siak.
Dalam kunjungan ini, beberapa tempat diselusuri oleh tim dengan tujuan untuk lebih mendalami lagi pengetahuan tentang sejarah sebenarnya Kerajaan Siak itu sendiri.
“Kami melihat, Istana yang didirikan belasan abad silam lalu, disamping mempunyai sejarah peninggalan kerajaan, saat ini aura mistik sangat dapat dirasakan,” ungkapnya.
Ditempat yang sama, Pimpinan Perusahaan Nadariau.com Indra Jaya, progam kunjungan wisata yang dilakukan saat ini, sangat mempunyai nilai positif untuk membantu Dinas Pariwisata Riau mempromosikan secara luas.
Seperti istana, ini merupakan suatu lokasi yang menjadi tempat peninggalan sejarah terdahulu dan semua yang ada harus dijaga kelestariannya secara bersama.
“Kelestarian tempat ini harus dijaga secara bersama dengan baik. Karena ini semua merupakan peninggalan sejarah terdahulu”, ujarnya.
Sejarah Istana Siak, berdiri pada tahun 1889 semasa kejayaan Raja Sultan Syarif Hasyim ayahanda dari sultan Syarif Kasim sebagai raja terakir yang menjadi pahlawan nasional.
Istana kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu islam yang terbesar di Riau, yang mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20.
Konon nama Siak berasal dari nama tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat di situ. Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan.
Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut tahta Johor. Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor tersebut direbut kembali oleh Tengku Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.
Dalam silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Di tahun 1724-1726 Sultan Abdul Jalil melakukan perluasan wilayah dimulai dengan memasukan Rokan ke dalam wilayah Kesultanan Siak, membangun pertahanan armada laut di Bintan bahkan di tahun 1740-1745 menaklukan beberapa kawasan di Kedah.
Pada tahun 1761, putra Sultan Abdul Jalil yang menjadi Sultan Siak berikutnya membuat perjanjian ekslusif dengan pihak Belanda, dalam urusan dagang dan hak atas kedaulatan wilayahnya serta bantuan dalam bidang persenjataan.
Pada abad ke-18 Kesultanan Siak telah menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur Sumatera. Tahun 1780 Kesultanan Siak menaklukkan daerah Langkat, dan menjadikan wilayah tersebut dalam pengawasannya, termasuk wilayah Deli dan Serdang.
Jangkauan terjauh pengaruh Kesultanan Siak sampai ke Sambas di Kalimantan Barat. Kesultanan Siak mengambil keuntungan atas pengawasan perdagangan melalui Selat Melaka dan kemampuan mengendalikan para perompak di kawasan tersebut.
Sejak Sultan Syarif Hasyim dinobatkan menjadi raja pada tahun 1889, beliau mulai membangun istana kerajaan dan istana peraduan yang selesai pada tahun 1893. Istana dibangun untuk kepentingan jalannya pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Kerajaan Siak merupakan pecahan dari Kemaharajaan Melayu. Dalam sejarahnya, terjadi perpecahan di Kemaharajaan Melayu antara Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (Raja Kecil) dengan Sultan Suleiman.
Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia.
Makam Sultan Syarif Kasim II terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin.
Diawal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak.
Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999. (lia/den)