Dirut RAPP Paparkan Prinsip 4C dan Kebijakan SFMP 2.0

Dirut PT RAPP Rudi Fajar foto bersama usai penyerahan bantuan pada acara silaturahmi dan buka puasa bersama Stakeholder se Provinsi Riau di The Premiere Pekanbaru, Jumat (09/06/2017).(Ft;Zulmiron)
Pekanbaru (nadariau.com) – PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) menggelar acara silaturahmi dan buka puasa bersama Stakeholder se Provinsi Riau di The Premiere Pekanbaru, Jumat (09/06/2017). Dalam kesempatan itu, Direktur Utama PT RAPP Rudi Fajar memaparkan beberapa langkah besar dalam kegiatan operasional perusahaan selama setahun ini.
”Selamat datang di acara buka puasa bersama PT RAPP dan terima kasih banyak karena telah meluangkan waktu untuk hadir di hari yang berbahagia ini. Atas nama seluruh keluarga besar PT RAPP yang merupakan bagian dari APRIL Group, kami ingin mengucapkan selamat beribadah puasa kepada Bapak dan Ibu yang sedang menjalankan ibadah puasa. Semoga kita semua dapat kembali ke fitrahnya di hari kemenangan nanti,” ujar Rudi Fajar mengawali sambutannya.
Dalam menjalankan bisnis perusahaan, sebut Rudi Fajar, ada empat prinsip dasar yang dikenal dengan istilah 4C yaitu Community (Masyarakat), Country (Negara), Climate (Iklim) dan Company (Perusahaan). Keempat prinsip dasar itu merupakan buah pemikiran dari founder PT RAPP Sukanto Tanoto. Dimana  perusahaan harus memberikan manfaat terlebih dahulu bagi komunitas sekitar, negara, iklim secara global dan pada akhirnya baru untuk Perusahaan.
”Dalam kesempatan ini juga, izinkan saya untuk berbagi mengenai beberapa langkah besar dalam kegiatan operasional perusahaan kami selama setahun ini. Saya ingin menggarisbawahi bahwa pada prinsipnya perusahaan kami ini didasari oleh visi 4C dari Founder kami Bapak Sukanto Tanoto.  Perusahaan harus memberikan manfaat terlebih dahulu bagi komunitas sekitar, Negara, iklim secara global dan pada akhirnya baru untuk Perusahaan,” papar Rudi Fajar.
Beberapa progress selama setahun ini, beber Rudi Fajar, antara lain adalah Kebijakan SFMP 2.0, Program Desa Bebas Api, telah beroperasinya Paper Mill 3, serta pembangunan Sateri Viscose Indonesia.
”Dalam lingkup SFMP 2.0, kami telah mencapai beberapa hal. Yakni kami Terus bekerjasama dengan Stakeholder Advisory Committee (SAC) dalam pengimplementasian SFMP,” sebut Rudi Fajar seraya menjelaskan, SAC ini adalah komite independen yang terdiri dari ahli-ahli di bidang kehutanan dan sosial yang bertugas untuk mengawasi implementasi SFMP. Komite ini kemudian menunjuk auditor independen untuk memonitor dan memverifikasi perkembangan yang terjadi.
”SAC ini adalah inisiatif dari kami demi memastikan bahwa kami tidak hanya berkomitmen, tapi benar-benar menjalankannya,” kata Rudi Fajar.
Masih dalam lingkup SFMP 2.0, kata Rudi Fajar, secara rutin melakukan pertemuan dengan komunitas dan LSM setempat. Selain itu telah diimplementasikannya grieven mechanism, mulai 1 Oktober 2016 lalu.
”Perkembangan SFMP dilaporkan kepada SAC secara langsung dan transparan dan dapat diunduh oleh semua orang di seluruh dunia melalui website kami yaitu aprildialog.com. Selain itu, juga meluncurkan Sustainability Dashboard, dimana peta wilayah konsesi kami dapat diakses dari aprilasia.com. Selanjutnya, membentuk Independent Peat Expert Working Group (IPWEG) sebagai tim penasehat independen dalam strategi pengelolaan gambut,” ulas Rudi Fajar.
Pada prinsipnya, kata Rudi Fajar, pemerintah tidak mewajibkan dibentukanya tim penasihat independen yang berisikan berbagai pakar gambut, namun APRIL melakukannya.
”Kami berkomitmen untuk melaksanakan praktek pengelolaan gambut yang sebaik mungkin. Dan peran IPWEG terhadap APRIL yaitu pengimplementasian cara-cara terbaik pengelolaan lahan gambut. Kemudian melalukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk melakukan konservasi hutan gambut dan lahan gambut yang kritis. Pertimbangan untuk membangun lahan gambut non hutan (mulai dari opsi menanami hingga merestorasi),” terang Rudi Fajar sembari menyebutkan, meeting IPEWG 3 atau 4 kali dalam setahun. Dan di tahun 2017 ini sudah dilakukan pada Maret dan Mei 2017.
”Progress lainnya, kami telah melakukan moratorium pembukaan hutan alam. Dan kami melindungi lahan HCV dan HCS. Dan sesuai pertemuan COP21 di PARIS 2 tahun lalu, kami tetap berkomitmen terhadap investasi $100 juta untuk program Restorasi Ekosistem Riau (RER) dalam jangka waktu 10 tahun kedepan. Selanjutnya, mengkonservasi dan merrestorasi 400,000 hektare lahan di Semenanjung Kampar. Ditemukannya 492 spesies hewan dan tumbuhan baru. Dan Bulan lalu, kami menemukan burung Kirik-kirik laut (pemakan lebah berekor biru yakni blue-tailed bee-eater/Merops philippinus), satu dari 26 spesies yang ada di dunia, satu dari tiga jenis berada di Riau,” ungkap Rudi Fajar.
Capaian perusahaan selanjutnya, ungkap Rudi Fajar lagi, adalah dengan membuktikan kepemimpinan dalam industri kehutanan melalui Program Desa Besa Bebas Api (FFVP). Yakni pada periode 2017 mulai dari 1 Juli sampai 31 Oktober 2017. Kemudian melakukan sosialisasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) bersama LSM setempat, melakukan pertemuan regular dengan masyarakat sekitar wilayah operasional perusahaan,” beber Rudi Fajar.
Adopsi oleh pihak lain, sambung Rudi Fajar, pembentukan Aliansi Bebas Api dengan beberapa institusi yakni Asian Agri, Musim Mas, Wilmar, Sime Derby, IDH, PM Haze, IOI Group. Adapun raihan APRIL yang ketiga adalah pembangunan Paper Mill 3. Pembangunan ini pada prinsipnya adalah untuk memberikan nilai tambah pada sisi industri hilir perusahaan tanpa perlu menambahkan kapasitas produksi pulp. Paper Mill 3 telah selesai dibangun maka APRIL akan menambah product range jenis premiumdigital paper yang memiliki kualitas yang sangat baik dan terbuat dari 100% serat terbarukan yang ramah lingkungan dan bersertifikat PEFC.
”Apa langkah kami selanjutnya? Keberlanjutan adalah proses, bukan sebuah tujuan. Kami akan terus berbenah diri. Dan beberapa hal yang akan kita lakukan selanjutnya adalah melanjutkan pengimplementasian komitmen SFMP 2.0 melalui pengembangan roadmap dengan target-target yang sudah ditentukan dengan panduan dari Stakeholder Advisory Committee. Terus bekerja bersama dengan Independent Peat Expert Working Group untuk mengembangkan cara-cara terbaik dalam mengelola gambut di areal perkebunan, konservasi dan restorasi, memperkuat kepatuhan dan implementasi kebijakan SFMP 2.0 untuk seluruh rantai pasokan perusahaan, membangun program pencegahan kebakaran hutan dan lahan, serta bekerja bersama dengan anggota Aliansi Bebas Api dan masyarakat, TNI, Polri, serta pemangku kepentingan lainnya,” beber Rudi Fajar.
Untuk memperluas program ini, katanya, pihaknya menerapkan komitmen kebijakan ini secara penuh di seluruh lini bisnis, fungsi dan lokasi operasi APRIL Group.
”Karena itu, saya ucapkan Terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala kerjasama, kontribusi dan dukungan kepada kami. Pencapaian ini adalah buah manis dari hasil kerja keras kita bersama, bukan hanya APRIL Group semata,” ujar Rudi Fajar.
Menyinggung soal program RAPP yakni Program Desa Bebas Api atau Free Fire Village program tahun 2017, Rudi Fajar mengatakan, program Desa Bebas api ini pada tahun-tahun sebelumnya terbukti efektif mencegah kebakaran hutan dan lahan. Dimana jumlah desa di Provinsi Riau yang termasuk dalam program Desa Bebas Api berjumlah 18 desa yang berasal dari Kabupaten Pelalawan (Langgam, Penarikan, dan Pangkalan Gondai), Siak (Dayun, Olak, Lubuk Jering), serta Kepulauan Meranti (Tanjung Padang, Tasik Putri Puyu, Mekar Delima, Dedap, Kudap, Lukit, Bumi Asri, Pelantai, Teluk Belitung, Mayang Sari, Bagan Melibur, dan Mekar Sari).
“Program ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat agar tidak membakar lahan, menyediakan alternatif pertanian dengan membantu membukakan lahan menggunakan alat pertanian, serta menyosialisasikan kepada masyarakat terkait bahaya membuka lahan dengan cara bakar dan pemantauan kualitas udara,” ungkap Rudi Fajar.
Setiap desa, kata Rudi Fajar, terdapat satu koordinator penggerak dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Program Bebas Api. Koordinator penggerak ini setiap hari melakukan patroli mengelilingi desa untuk memantau api. Mereka juga menyosialisasikan bahaya karhutla kepada masyarakat setempat.
“Kenaikan jumlah desa yang bergabung dalam program ini bukanlah tanpa alasan. Hal ini karena pihak RAPP memberikan reward yang menarik kepada desa yang telah sukses mencegah pembakaran lahan di wilayahnya,” jelasnya seraya mengatakan, reward tersebut berupa pemberian Rp100 juta non-cash atau dalam bentuk program jika sebuah desa telah sukses menerapkan zero api. Sementara, jika masih ada pembakaran lahan, desa yang bersangkutan hanya akan diberikan setengahnya yaitu Rp50 juta. Hadiah ini tidak diberikan dalam bentuk uang melainkan barang atau dalam bentuk pembangunan infrastruktur di desa.
“Ini merupakan komitmen perusahaan yang siap untuk melakukan pencegahan sejak dini ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tahun 2017 untuk mewujudkan Riau bebas asap seperti di tahun 2016 lalu. Kami selalu melakukan langkah-langkah strategis dan sedini mungkin menghadapi ancaman karhutla,” paparnya.
Penghargaan juga diberikan kepada desa yang memenangkan reward Rp100 juta, yakni Desa Sering, Kuala Panduk, Petodaan, Teluk Binjai, Teluk Meranti, Penarikan yang berasal dari Kabupaten Pelalawan. Kemudian Desa Olak dari Kabupaten Siak dan Desa Tasik Putri Puyu dan Tanjung Padang dari Kepulauan Meranti.
“Desa yang mendapatkan reward Rp50 juta, yakni Kelurahan Pelalawan, Kuala Tolam, Langgam, dan Pangkala Gondai yang  berasal dari Kabupaten Pelalawan. Lalu, Desa Lubuk Jering dari Kabupaten Siak,” imbuhnya. (ron)