Foto: Flandy Limpele saat melatih Malaysia, dari New Straits Times. Opini ini ditulis oleh Yuniandono Achmad, S.E., M.E., pemerhati bulutangkis dari Bogor.
PBSI menambah SDM -atau sumber daya manusia- kepelatihan di pelatnas Cipayung. Flandy Limpele dan Namrih Suroto, 2 (dua) orang mantan pemain dan pelatih yang selama ini melalangbuana, akan memperkuat coach di bagian ganda campuran dan ganda putri. Flandy Limpele akan menjadi pelatih utama untuk ganda campuran, sedangkan Namrih Suroto menjadi asisten untuk tunggal putri pratama.
Menarik untuk membahas kiprah Flandy Limpele, nyong Manado yang lahir 48 tahun silam ini. Sewaktu Flandy direkrut Malaysia untuk melatih ganda putranya, tahun 2020, ada semacam nada cemoohan dari Park Joo Bong -pelatih Jepang asal Korea.
Park Joo Bong mengatakan kurang lebih bahwasanya keputusan BAM (Badminton Association Malaysia) memilih Flandy kurang tepat. Sebelum melatih Malaysia, Flandy melatih tim bulutangkis India. Beberapa pihak mengatakan Flandy berhasil mengkatrol prestasi Satwiksaraj Rankireddy/ Chirag Shetty masuk 10 besar dunia. Tapi menurut Park Joo Bong, itu lebih banyak peran coach Tan Kim Her, asal Malaysia. Sebelum melatih India, Flandy sempat melatih klub Jepang bernama Hitachi. Menurut Park tidak ada kontribusi pemain ganda nasional Jepang dari klub Hitachi. Park hanya menyatakan bahwa ada sisi positif Flandy yaitu pada kemauannya untuk bekerja keras.
Tetapi Flandy menjawab keraguan akan kemampuannya. Selama melatih Malaysia, Flandy mampu mengantar Aaron Chia/ Soh Wooi Yik merebut medali perunggu di ajang olimpiade Tokyo. Kemudian munculnya ganda pelapis Goh Sze Fei/ Nur Izzudin yang menjadi juara di Jerman Open tahun ini.
Publik bulutangkis mania tanah air tentunya sangat gembira mendapatkan Flandy Limpele, hal ini laksana mendapat durian runtuh. Flandy sebagai pemain telah sukses mendapat perunggu ganda putra olimpiade Athena 2004 (bersama Eng Hian, pelatih pelatnas ganda putri sekarang). Selain itu menjadi semifinalis ganda campuran Olimpiade Beijing 2008 -bersama Vita Marissa yang sekarang melatih PB Djarum. Waktu itu Flandy berusia 34 tahun namun masih bisa masuk semifinal olimpiade.
Sebagai pemain juga, Flandy dengan Eng Hian pernah berlatih di Inggris (karena iklim persaingan pelatnas Cipayung demikian ketat), yang kemudian karena prestasinya mereka dipanggil untuk memperkuat tim Thomas tahun 2004.

Gambar/ Foto: Flandy (kanan) dan Eng Hian ketika meraih medali perunggu di Olimpiade Athena Yunani tahun 2004 (foto AFP), gambar dari CNNindonesia
Dengan keberadaan Flandy, maka olimpian (mantan peraih medali Olympic) bertambah di pelatnas. Selain Flandy, ada Eng Hian, dan Nova Widianto.
Kita harapkan semoga Flandy kerasan di pemusatan latihan nasional (Pelatnas) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Melihat track record-nya, sepertinya selama ini Flandy hanya kuat bertahan 2 (dua) tahun di negara yang dia latih. Kalau di dunia kerja, seperti kutu loncat yang tidak lama bertahan di kantor yang sama. Meski ada sisi positifnya yaitu kemungkinan Flandy masih mencari spesialisasi kepelatihan, atau malah generalisasi, bisa ganda putra, campuran, dan yang belum: ganda putri.
Dari berbagai referensi, metode kepelatihan Flandy adalah kencang atau keras -maksudnya mengutamakan fisik. Pada bagian ini jadi teringat dulu saat koh Kris (Christian Hadinata) melatih Edi Hartono/ Gunawan, dan Ricky/ Rexy. Ketika ada perhelatan Thomas Cup tahun 1992 di Kuala Lumpur, ada foto wartawan saat koh Kris menyuruh pemain gandanya latihan fisik dengan melompat (kaki menekuk di udara). Namun tidak ada Edi Hartono.
Ternyata memang koh Kris memperlakukan Edi “Kempong” Hartono secara khusus. Koh Kris mengatakan bahwa si Kempong ini pernah dilatih fisik keras -sehingga relatif kurus badannya. Namun prestasinya malah menurun. Edi Hartono memiliki badan yang cenderung gendut, dan itu dibiarkan oleh Koh Kris, sepanjang prestasinya stabil. Prestasi Edi Hartono/ Gunawan saat itu adalah mampu mengalahkan pasangan tuan rumah Jalani/ Razif Sidek di final piala Thomas, kemudian beberapa bulan berikutnya meraih perak Olimpiade Barcelona 92.
Semoga hal ini dipahami oleh Flandy, terutama dalam melatih pemain putri di sektor ganda campuran. Park Joo Bong -sang maestro ganda asal Korea- pernah ditanya apakah hakikat permainan ganda campuran. Dia menjawab, “Protecting the girl”. Jadi menurut Park Joo Bong, fungsi pria dalam permainan mixed double adalah melindungi sang perempuan. Tentunya Flandy lebih tahu akan hal ini.
Bila melihat trend ganda campuran sekarang. Misal pasangan Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino, dan pasangan Thailand Dechapol Puavaranukroh/ Sapsiree Taerattanachai peran pemain putri hampir sama porsinya dengan pemain putra. Mereka melakukan smes dan pertahanan dengan baik. Posisi mereka (laki-perempuan) sering sejajar, padahal selama ini yang sering terjadi adalah posisi pemain ganda campuran: depan belakang, dengan pemain putrinya di depan.
Sebagai role model pemain ganda campuran Indonesia adalah sang peraih emas ganda campuran Olimpiade Rio tahun 2016 -yakni Tontowi Ahmad/ Lilyana Natsir. Lilyana pernah bermain dengan Nova Widianto dan meraih perak 2008 Beijing. Lalu 8 (delapan) tahun kemudian baru meraih emas di Rio 2016. Prestasi selama 2008 sampai 2016 itu naik turun. Artinya apa? Konsistensi jangan diperhitungkan dulu, tapi menemukan peak performance yang tepat itulah yang harus dibidik. Naik turun prestasi pemain harus disadari sebagai kewajaran. Tontowi/ Lilyana tetap dipertahankan bahkan sampai dengan tahun 2017.
Dengan mundurnya Richard Mainaky sebagai pelatih pelatnas beberapa bulan lalu, pasangan “kesayangan” coach Richard -yaitu Praveen/ Melati dan Hafiz/ Gloria- tersingkir juga dari pelatnas. Pelatnas untuk ganda campuran saat ini didominasi pemain muda -usia di bawah 23 tahun. Mereka adalah Rinov Rivaldy/Phita Haningtyas Mentari, Adnan Maulana/Mychelle Chrystine Bandaso, Zachariah Josiahno Sumanti/Hediana Julimarbela, Amri Syahnawi/Winny Oktavina Kandow, dan terakhir adalah pasangan yang bersinar selama tur Eropa sebulan ini yakni Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati.
Menjadi pertanyaan apakah Flandy diberi kewenangan juga untuk “mencoba” memanggil kembali Praveen/ Melati, dan Hafiz/ Gloria. Barangkali Flandy perlu diberi pilihan alternatif pemain yang lebih banyak -untuk mengembalikan era kejayaan mixed double seperti zaman Trikus/ Minarti Timur atau Nova/ Lilyana dan bahkan Tontowi/ Lilyana. Kalau perlu, panggil pemain yang terdegrasi.
Sebagai penutup, akhirnya kita ucapkan selamat bekerja kepada coach Flandy. Atau istilah lainnya -karena Flandy pernah menjadi pelatih di India- bisa kita katakan: Namaste Flandy Limpele. Selamat datang coach Flandy.
Yuni Andono Achmad, pengamat bulutangkis tinggal di kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tulisan pertama mengenai bulutangkis yang keluar di media adalah pada tahun 1996 di tabloid Bola. Tepatnya pada rubrik “Surat Pembaca” yang kemudian dipilih redaksi menjadi headline (tulisan terbaik) saat itu. Alumni FEB Universitas Gadjah Mada program S1, sedangkan S2 dari Magister Perencanaan Kebijakan Publik (MPKP) Fakultas Ekonomi UI, Depok. Selain menjadi akademisi juga sebagai konsultan di sebuah kementerian/ lembaga di Jakarta. Memiliki akun instagram di andonoachmad, dan facebook di Yuniandono Ahmad.


