Rohul (Nadariau.com) — Warga Desa Kota Lama, Kabupaten Rokan Hulu dibuat geger. Pasalnya, sekelompok orang yang mengaku sebagai bagian dari KSO PT Agrinas Palma Nusantara tiba-tiba memanen kebun sawit milik warga tanpa izin, Jumat (17/10/2025) sekitar pukul 10.00 WIB.
Korban, Faisal Lubis, pemilik kebun sawit di wilayah tersebut, mengaku terkejut setelah mengetahui puluhan orang tak dikenal masuk ke lahannya dengan membawa sejumlah mobil dan peralatan panen seperti egrek. Tanpa basa-basi, mereka langsung memanen buah sawit yang sudah masak di kebunnya.
“Orang-orang itu datang begitu saja, bawa egrek, langsung panen. Sebelumnya mereka juga sempat pasang baliho bertuliskan ‘Lahan ini dikelola oleh CV. Ginting Sukses Abadi KSO PT. Agrinas Palma Nusantara. Dilarang masuk. Penanggung jawab lapangan: Roberto D.S,” kataFaisal.
Menurut keterangan pekerja yang menjaga kebun tersebut, saat ditanya dasar mereka memanen, kelompok itu hanya menjawab bahwa panen dilakukan berdasarkan perjanjian kerja sama dengan PT Agrinas Palma Nusantara. Bahkan, mereka menantang jika perbuatannya hendak dilaporkan ke polisi.
“Apapun ceritanya kami tetap panen. Kalau mau lapor, silakan lapor ke polisi,” kata salah seorang dari kelompok tersebut dengan nada menantang.
Karena jumlah mereka banyak dan membawa benda tajam, para pekerja tak berani melawan. Panen brutal itu berlangsung dari pukul 10.00 hingga 16.00 WIB dan diperkirakan mengangkut sekitar dua ton tandan buah segar (TBS).
Faisal Lubis mengaku kebingungan atas klaim tersebut. Ia menegaskan bahwa lahan tersebut dibelinya secara sah sejak tahun 1997 dari warga setempat dan memiliki Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR). Pohon sawit di kebun itu juga ditanam dan dirawat sendiri oleh Faisal sejak tahun 1998.
“Tidak pernah ada sosialisasi, tidak pernah diukur, tidak pernah ada Satgas PKH datang ke lokasi. Tiba-tiba mereka datang pasang baliho dan panen kebun saya, ini aneh sekali,” kata Faisal, Sabtu (18/10/2025).
Merasa dirugikan, Faisal kemudian menemui pihak manajemen PT Agrinas Palma Nusantara di Pekanbaru. Dari hasil pertemuan itu, pihak manajemen menegaskan bahwa tindakan pemanenan paksa oleh kelompok yang mengatasnamakan perusahaan tersebut tidak benar. Mereka bahkan menyarankan Faisal untuk melapor ke kepolisian.
Namun, pernyataan berbeda datang dari Roberto D.S, yang disebut sebagai penanggung jawab lapangan. Saat dihubungi Faisal, Roberto mengaku panen tersebut dilakukan atas perintah dari pihak pusat PT Agrinas Palma Nusantara.
“Manajemen bilang tidak tahu-menahu, tapi Roberto mengaku diperintah oleh pusat. Saya jadi bingung, mana yang benar,” ujar Faisal.
Akibat kejadian ini, Faisal mengaku mengalami kerugian materil dan immateril serta ketakutan dari warga sekitar. Para pemilik kebun di Desa Kota Lama kini merasa waswas kebunnya juga akan mengalami hal serupa.
“Saya sebenarnya bisa saja turunkan orang untuk jaga kebun agar tidak dipanen paksa. Tapi kalau saya lakukan itu, bisa terjadi bentrok fisik. Saya tidak mau ada kekerasan, biar hukum yang bekerja,” tegas Faisal.
Ia berharap pihak kepolisian segera menindaklanjuti laporan ini dan menangkap para pelaku serta pihak yang memberikan perintah. Faisal juga meminta pemerintah dan manajemen PT Agrinas Palma Nusantara memberikan perhatian serius agar persoalan ini tidak berkembang menjadi konflik horizontal di tengah masyarakat.(sony)


