Pekanbaru (Nadariau.com) – Dua kawasan yang selama ini dikenal sebagai kampung narkoba di Kota Pekanbaru, yakni Kampung Dalam di Kecamatan Senapelan dan Jalan Pangeran Hidayat di Kecamatan Pekanbaru Kota, kini mulai menunjukkan perubahan positif.
Berkat berbagai langkah tegas dari Polresta Pekanbaru, peredaran narkoba di dua wilayah tersebut sudah turun drastis terutama di Wilayah Kampung Dalam.
Kasat Narkoba Polresta Pekanbaru, AKP Bagus Faria SIK MH menyebut pihaknya telah melakukan sejumlah upaya guna memberantas narkoba di wilayah tersebut, mulai dari patroli rutin, pendirian posko, pembentukan kampung tangguh bebas narkoba, penegakan hukum hingga pemasangan kamera CCTV guna memantau aktivitas masyarakat.
“Di daerah rawan narkoba ini terus kami pantau secara intensif terutama kawasan Kampung Dalam. Posko sudah didirikan beberapa waktu lalu, CCTV terpasang, dan pendekatan ke masyarakat rutin dilakukan. Alhamdulillah, dari pantauan kami, peredaran narkoba di sana kini hanya tersisa sekitar 2 hingga 3 persen saja,” kata AKP Bagus, Kamis (19/06/2025).
Menurutnya, keterlibatan Bhabinkamtibmas dalam memantau aktivitas warga dan berdialog langsung dengan tokoh-tokoh masyarakat menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini. Penyuluhan hukum dan edukasi bahaya narkotika pun rutin digelar bersama BNN Kota Pekanbaru dan Polsek Senapelan.
“Upaya ini juga melibatkan peran aktif Bhabinkamtibmas. Mereka tak hanya memantau rekaman CCTV, tetapi juga aktif berdialog dengan tokoh masyarakat melalui program Jumat Curhat dan Minggu Kasih untuk menggugah kesadaran warga,” kata AKP Bagus.
AKP Bagus mengungkapkan, stigma sebagai kampung narkoba telah memberikan dampak negatif serius bagi warga, termasuk kesulitan dalam mencari pekerjaan.
“Banyak warga mengaku ditolak saat melamar kerja, hanya karena alamat mereka berasal dari Kampung Dalam atau Pangeran Hidayat. Ini menjadi beban sosial yang harus segera kita ubah bersama,” tegasnya.
Dari pengakuan warga setempat, perubahan mulai terasa. FA, warga Kampung Dalam yang pernah terlibat dalam peredaran sabu, menyebut bahwa banyak pemain lama telah ditangkap polisi dan kini hanya tersisa segelintir oknum yang beroperasi secara sembunyi-sembunyi.
“Sekarang yang jualan itu pemain baru, ndak jelas. Mereka beli dari luar. Tapi kebanyakan yang beredar sekarang itu tawas, bukan sabu asli,” kata FA.
FA pun berharap agar polisi terus melakukan razia agar generasi muda tidak rusak akibat narkoba.
“Anak-anak dari SD sampai SMA di sini sudah tahu sabu, bahkan ada yang kecanduan. Harapan kami, Polresta Pekanbaru jangan kendur memberantas narkoba,” katanya serius.
Hal senada disampaikan NV, Ia mengaku kini jarang melihat aktivitas transaksi narkoba secara terang-terangan.
“Ndak kayak dulu, sekarang kalau pun ada, mereka sembunyi-sembunyi. Takut ditangkap polisi,” katanya.
Kini, warga berharap perubahan ini terus dijaga dan diperkuat, tidak hanya dengan penindakan, tetapi juga pemberdayaan masyarakat agar bisa lepas sepenuhnya dari jerat narkoba dan stigma buruk masa lalu.(sony)