Kampar (Nadariau.com) — Dibawah langit malam yang sejuk dan penuh khidmat, semangat kebersamaan, cinta lingkungan, dan nilai luhur budaya Melayu berpadu dalam harmoni di Tanjung Belit, Kabupaten Kampar, Polda Riau menggelar sebuah perhelatan bermakna, rangkaian Bakti Religi dan Peduli Lingkungan, yang berlangsung pada 18–19 Juni 2025.
Kegiatan ini menjadi bagian dari peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia sekaligus menyambut Hari Bhayangkara ke-79, dengan mengusung tema mendalam: “Tak Kan Hilang Melayu di Bumi, Melindungi Tuah Menjaga Marwah.”
Dipusatkan di jantung alam Riau yang asri, kegiatan ini menghadirkan sinergi antara pemimpin daerah, tokoh nasional, dan masyarakat setempat.
Hadir langsung Kapolda Riau Irjen Pol Herry Herjawan, Gubernur Riau Abdul Wahid, Wakapolda Brigjen Pol Jossy Kusumo, serta jajaran Forkopimda, para Bupati/Walikota, tokoh-tokoh inspiratif seperti Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Rocky Gerung, serta ratusan warga yang menyambut hangat kegiatan ini.
Kegiatan dibuka dengan pembacaan puisi oleh Kapolda Riau yang menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga alam dan nilai kemanusiaan. Puisi itu dilanjutkan oleh seniman Remond Damora dan alunan syahdu dari Prof. Tomy Awe, membangkitkan getar batin akan kecintaan pada bumi dan akar budaya.
Namun, puncak spiritualitas malam itu datang melalui ceramah Ustadz Abdul Somad yang menyentuh hati. Dalam tausiyahnya, UAS menyampaikan makna dari setiap pohon yang ditanam yakni sebagai simbol iman yang hidup dalam tindakan nyata.
Ia memuji langkah Polda Riau dan Jajaran serta panitia yang konsisten menggunakan tanaman asli, bukan dekorasi plastik seperti lazimnya di acara seremonial.
“Biasanya saya lihat pohon-pohon plastik, tapi malam ini saya terharu, semuanya asli. Ini bukan sekadar simbol, ini bukti bahwa kita bisa menjaga amanah dengan sungguh-sungguh,” ujar UAS.
Selain ceramah, sebelum nya Polda Riau melaksanakan penanaman pohon dan penyebaran bibit ikan di perairan setempat. Tindakan sederhana ini sarat makna menanam harapan, memelihara keberlanjutan, dan menunjukkan bahwa cinta tanah air bukan hanya lewat kata, tetapi juga lewat aksi.
Dalam pandangan UAS, menjaga lingkungan adalah bagian dari amanah iman. Islam, katanya, bukan hanya mengajarkan salat dan puasa, tapi juga tanggung jawab sosial dan ekologis.
“Kita menanam bukan karena disuruh undang-undang, tapi karena diperintahkan agama. Dan agama tidak pernah bilang cukup. Ia mendorong kita untuk terus berbuat hingga akhir hayat,” tegasnya.
Kegiatan ini menjadi wajah baru peran Bhayangkara tak hanya sebagai pengayom dan penegak hukum, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai budaya dan pelestari lingkungan.
Semangat Hari Bhayangkara ke-79 terasa begitu nyata: “Melindungi Tuah, Menjaga Marwah” tak sekadar tema, tetapi sumpah yang tertanam di setiap akar pohon yang menghijaukan bumi Melayu.
Dengan harmoni antara religiusitas, budaya, dan cinta alam, Polda Riau menegaskan bahwa menjaga Indonesia bukan hanya soal hukum dan keamanan, tapi juga soal keberlanjutan nilai, alam, dan kemanusiaan.(sony)