Kamis, Mei 1, 2025
BerandaIndeksHukrim16 Eks Napiter Ikuti Upacara Bendera Merah Putih di Kantor Gubernur Riau

16 Eks Napiter Ikuti Upacara Bendera Merah Putih di Kantor Gubernur Riau

Pekanbaru (Nadariau.com) – 16 orang Eks Narapidana Teroris (napiter) mengikuti Upacara Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke 78, yang digelar di Halaman Kantor Gubernur Riau, Kamis (17/08/2023) pagi, sekitar pukul 08.00 Wib.

Kepala Satuan Tugas Wilayah (kasatgaswil) Riau Detasemen Khusus (densus) 88 anti Teror, Kombes Pol Tejo Dwi Saptono B.S, SIK saat di temui halaman Kantor Gubernur Riau mengatakan, para eks napiter ini saat ini hadir mengikuti undangan Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar.

“Saat ini hadir sebanyak 16 orang, agar mereka merenung kembali, Indonesia ini merdeka berkat jasa pahlawan, dan mereka bisa mendekatkan diri kepada masyarakat, sehingga saat kembali kepada masyarakat tidak canggung lagi,” kata Tejo.

Pada tahun lalu para Eks Napiter binaaan Densus 88 juga sudah mengikuti Upcara Kemerdekaan di masing-masing Kabupaten/Kota.

“Kita berfikir kalau di sebarkan di beberapa Kabupaten/Kota karna jumlah saat ini sedikit yang ikut kita fokuskan semua nya di Kota Pekanbaru,” tambah Tejo.

Kombes Tejo mengungkapan ucapan terima kasih kepada Gubernur Riau, Kapolda Riau dan kementrian dalam negeri yang sudah mengundang para eks napiter untuk mengikuti detik-detik pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain itu saat ini para Eks Napiter yang dinyatakan telah kembali Merah Putih berkat binaan Densus 88 dan Subdit Bina Masyarakat Direktorat Deradikalisasi BNPT sudah aktif dan rutin secara berkala memberikan sosialisasi terkait dampak paham radikalisme di Provinsi Riau khususnya.

“Selain membantu kita dalam sosialisasi dalam bahaya paham radikalisme kita juga memberi ruang kepada para eks napiter untuk kembali memulai hidup yang baru, seperti memberikan pelatihan dan membantu mencari pekerjaan agar para eks napiter ini bisa kembali ke masyarakat dan hidup seperti warga negara biasa,” sambung Tejo.

Eks napiter yang mengikuti upacara bendara merah putih di Kantor Gubernur Riau ialah AS, RN, OS, S, TW, S, TJ, WN, RB yang berdomisili di luar Kota Pekanbaru dan R, DR, RA, DM, MPA, RR, dan RH yang berdomisili di Kota Pekanbaru.

Usai Pengibaran Bendera selesai Kapolda Riau Irjen Pol Mohd. Iqbal datang menghampiri pra eks napiter serta mengajak Gubernur Riau dan Forkopimda Riau untuk berfoto bersama para eks napiter.

Aan Sentosa salah satu eks napiter mengatakan setelah mengikuti Upacara Kemerdekaan Republik Indonesia ke 78, ia merasa lebih mencitai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan merasa lebih dekat masyarakat serta pemerintah Provinsi Riau.

“Tahun ini lebih menmbangkitkan jiwa kebangsaan dan jika NKRI di dalam darah, banyak pelajaran yang di ambil, seperti lebih dekat dengan Gubernur dan membuat kita kembali kita kembali ke jati diri kemerdekaan,” kata Aan.

Aan menambahkan dimana saat ini ia telah kembali Merah Putih dan merasa bertanggung jawab atas kesalahan dulu serta siap untuk memberikan masukan dan saran dalam memerangi paham radikalisme.

Aan yang mulai mengenal paham radikalisme sejak 2014. Di mana pada tahun 2013 sudah pernah disampaikan juga kepada dirinya, namun belum nyambung dan belum bisa menerima. Kemudian selang setahun, ia mulai rutin diajak berkumpul bersama lewat kegiatan-kegiatan keagamaan.

“Awalnya niat saya untuk menjadi lebih baik, lalu ikut berjemaah dan kumpul bersama. Sampai akhirnya saya merasa cocok, yang sama-sama mengamalkan sunah dan mulai terbiasa untuk gabung bersama jemaah,” jelas Aan.

Seiring berjalan waktu, akhirnya ia diajak pertemuan pengajian yang membahas lebih dalam terkait banyak hal, termasuk paham-paham tentang jihad dan segala macamnya.

“Karena banyaknya ilmu yang diberikan, saya jadi mulai menerima apapun yang disampaikan. Dari pengamalam-pengamalam dasar, hingga masuk ke bab jihad. Di situ mulai dikenali ke thogut dan syariat khilafah secara perlahan,” tambah AS.

Setelah masuk ke pengajaran khilafah pula yang mengharuskan mengamalkan syariat dan bukan hukum manusia serta mengingkari hukum yang bukan asal muasal dari tuhan, yang sesuai menurut Alquran dan sunah.

Hingga masuk semakin dalam, diungkapkan aan pada tahun 2015, disampaikan pula dalam jemaah bahwa ada negara yang menegakkan hukum syariah khilafah yakni ISIS. “Sehingga mulai diarahkan ke situ agar berhijrahlah. Namun untuk itu kita harus mempersiapkan fisik dan mental,” kisahnya.

Setelah semakin dalam berlatih dan mengikuti jemaah, mulai timbul pertanyaan dalam diri aan. Di mana ia seolah seperti tidak menerima pertolongan dari Aallah dan menemukan jalan buntu. Sehingga hal inilah yang membuat dirinya menolak untuk dibaiat.

Meskipun menolak, namun aan masih berkecimpung dalam kelompoknya. Sehingga pada 2018, saat terjadinya penyerangan Mapolda Riau di Pekanbaru, AS turut diamankan karena menjadi orang yang mendukung segala bentuk radikalisme dan berperan sebagai pelatih para pelaku teror yang menyerang markas kepolisian di ibukota Provinsi Riau tersebut.

“Saya sebenarnya sudah mulai merasakan keraguan di hati, dan masih mengatakan tunggu dulu saat itu. Pasalnya saya belum menemukan hasil akhir yang pas di hati,” kata aan yang mengaku tidak ikut dalam penyerangan, namun menjadi pelatih pada empat pelaku aksi yang membawa samurai saat itu.

Lebih lanjut, diungkapkan aan, setelah diamankan dan menjalani masa hukuman di lapas, aan merasa dirinya sadar bahwa yang dilakukan itu salah dan telah membenarkan ilmu yang sebelumnya ia pelajari secara individu tanpa adanya bertanya dan meminta saran dari guru-guru lain.

Di perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia kali ini Aan mengajak kepada masyarakat yang saat ini sedang terpapar agar bisa membuka diri dan bisa mengubah pandangan terhadap NKRI

“Saya berpesan kepada masyarakat yang saat ini terpapar paham radikalisme agar cepat sadar, membuka diri dan mendewasakan diri, dan bagaimana memandang negara ini sesuai dengan jiwa NKRI dan kesadaran Bhineka Tunggal Ika,” imbau Aan.(sony)

BERITA TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Berita Populer