Pekanbaru (Nadariau.com) – Rindu Tri Safitri (34) sudah hampir satu bulan dirawat inap di RS Awal Bros Pekanbaru sejak 7 Februari yang lalu. Sebagai wali kelas di SD Negeri 186 Pekanbaru, ia sudah tak sabar ingin kembali beraktivitas mengajar anak-anak didiknya. Namun karena kondisinya belum membaik, ia pun terpaksa harus menghabiskan hari-harinya di rumah sakit.
Diceritakan oleh Rindu, suatu hari di akhir tahun 2022 lalu, ia sempat batuk tak berhenti-henti. Saat itu ia sedang liburan ke kampung halamannya di daerah Sumatera Barat (Sumbar). Ia pun segera berobat ke rumah sakit. Saat itu di Sumbar tengah ada kasus tuberkulosis, sehingga seluruh pasien yang berobat ke rumah sakit wajib menjalani pemeriksaan foto rontgen, termasuk Rindu.
“Dari hasil pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa kabar baiknya, saya tidak terkena tuberkulosis. Kabar buruknya, ada pembengkakan di jantung saya. Saya pun diberi obat untuk membantu membuang cairan yang membuat jantung saya bengkak itu,” ungkap Rindu kepada Jamkesnews, Selasa (28/02).
Setelah kembali dari liburan, kondisi Rindu belum membaik. Hingga suatu hari saat di sekolah, Rindu merasakan sesak di bagian dadanya. Oleh rekan kerjanya, ia pun dibawa ke rumah sakit. Setelah mendapatkan penanganan dari petugas di UGD, sembari dipasangkan oksigen, Rindu mendengar bahwa ia harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Tenaga kesehatan di UGD rumah sakit itu juga menyarankan agar Rindu menggunakan BPJS Kesehatan sebagai penjamin biayanya selama dirawat karena prosesnya memerlukan biaya yang cukup mahal.
“Sejak masuk perawatan hingga kini, saya masih menjalani terapi dan menerima antibiotik tiga kali sehari. Kata dokter, saya harus menunggu hingga antibiotiknya habis, infeksi hilang, baru nanti diberi tindakan selanjutnya,” ungkapnya.
Rindu senang karena dokter penanggung jawabnya rutin mengunjungi ruangannya dan memeriksa kondisinya dari hari ke hari. Dokter menemukan adanya infeksi di jantung Rindu yang berpotensi menyerang katup jantung lainnya, serta dapat menyebabkan melemahnya jaringan katup. Kondisi ini bisa mengakibatkan pembengkakan jantung (kardiomegali) kembali karena tidak adanya cairan yang masuk. Namun kini kondisi jantungnya berangsur membaik, tinggal menunggu infeksi hilang sepenuhnya.
“Sejak masuk sampai dirawat sekarang, tidak ada petugas rumah sakit yang menyuruh saya pulang. Bahkan pelayanannya selalu baik dan memuaskan. Dokternya rutin berkunjung. Perawatnya tetap melayani dengan ramah. Kamarnya nyaman dan bersih. Sama sekali tidak ada penurunan kualitas pelayanan. Jadi nggak benar kalau ada isu yang beredar bahwa peserta JKN yang hanya maksimal dirawat inap tiga hari. Saya sudah mau sebulan di sini, belum ada yang ngusir saya,” kata Rindu sambil bercanda.
Sebagai penderita Congenital Heart Disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan, Rindu begitu bersyukur ia masih aktif sebagai peserta JKN. Sejak terdaftar sebagai peserta JKN di tahun 2014, ia belum pernah menggunakan BPJS Kesehatan untuk berobat. Bahkan kartu identitas kepesertaannya masih menggunakan desain pertama kali kartu JKN diterbitkan. Ia pun berpesan agar masyarakat tidak mudah termakan hoaks, apalagi menurutnya pelayanan BPJS Kesehatan saat ini sudah jauh lebih baik dan lebih memuaskan.
“Jika dibandingkan pada saat awal berjalan mengelola Program JKN, pasti kondisinya sudah jauh beda. Pelayanan BPJS Kesehatan dan di rumah sakit sudah bagus sekarang, saya merasakannya sendiri. Bahkan sudah hampir satu bulan saya dirawat, mendapat pelayanan dari dokter dan perawat, mendapat obat, semuanya dijamin oleh BPJS Kesehatan. Tidak keluar biaya sedikit pun,” ungkap Rindu. (ed


