oleh: Yuniandono Achmad. Foto pasangan ganda putra Fajar ALfian/ M. Rian Ardianto didapat dari https://bwfworldtour.bwfbadminton.com/news-single/2022/10/23
KEJUARAAN Denmark Terbuka telah berakhir kemarin -pada hari Ahad, 28 Rabiul Awal 1444 H bertepatan Minggu Pahing tanggal 23/10/2022. Indonesia mendapatkan 1 (satu) gelar juara melalui pertarungan All Indonesian Final di sektor ganda putra. Sedangkan keempat sektor lainnya dikuasai oleh Tiongkok. Dari keempat nomor tersebut, Tiongkok meraih dua gelar jawara dengan All Chinese Final, yakni di sektor tunggal putri dan ganda campuran. Sedang di 2 (dua) nomor lain, Tiongkok meraihnya dengan mengalahkan ganda putri Korea Selatan, dan tunggal putra Malaysia.
Di hari yang sama, pada belahan benua lain, terhelat final Indonesia Masters 2022 -bertempat di Gedung Platinum Arena kota Malang. Turnamen ini memiliki level 6 (enam) atau masuk kategori super 100 BWF World Tour series. Kedudukan turnamen ini lebih tinggi dibanding ajang Mansions Sport Malang Indonesia International Challenge, yang terselenggara sepekan sebelumnya, di tempat yang sama.
Di ajang KB Financial Group Indonesia Masters tersebut, atlet kita hanya meraih 1 (satu) nomor atau 1 (satu) medali emas dari ganda putra melalui Rahmat Hidayat/ Pramudya Kusumawardana. Sedangkan di nomor ganda campuran, Dejan/ Gloria tidak mampu mempertahankan trend juara keempat kali dalam empat kali turnamen yang diikutinya. Di turnamen kelimanya ini, Dejan/ Gloria kalah di semifinal dari pasangan Tiongkok, Jiang Zhenbang/ Wei Yaqin. Kalahnya sangat amat tipis 17-21, 21-15, dan 21-23. Terjadi all Chinese final di sektor ganda campuran turnamen Indonesia Masters ini, karena pasangan Tiongkok lainnya -yaitu Chen Xing/ Chen Fanghui- mengalahkan pasangan Indonesia, Jafar Hidayatullah/ Aisyah Salsabila Putri Pranata juga dengan rubber set.
Kemenangan ganda putra Rahmad Hidayat/ Pramudya termasuk spektakuler. Karena yang mereka kalahkan adalah pasangan andalan Tiongkok saat ini, yaitu He Ji Ting/ Zhou Hao Dong dengan straight game 21-18 dan 21-19. Melihat dari kedua turnamen yang berlangsung berbarengan tersebut (antara Denmark Open dan INA Masters) terdapat beberapa hal yang bisa kita tarik garis tebal atau benang merah.
Untuk nomor ganda putra, superioritas tim kita sungguh terjaga. Bahkan untuk beberapa tahun ke depan. Katakanlah sampai ajang Asian Games 2026, atau sedikit lebih lama yaitu Olimpiade 2028, kita memiliki modal berharga. Aset pemain yang berkualitas. Tentunya dengan asumsi ceteris paribus.
Untuk nomor ganda campuran tampaknya perlu menunggu barangkali tahun depan para pemain kita -yaitu Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, Zachariah Josiahno Sumanti/Hediana Julimarbela, dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari- agar bisa berprestasi dan menyeruak diantara persaingan dunia. Di ajang Denmark Open ini, ketiganya sudah tersingkir di babak pertama atau 32 besar.
Unggulan pertama dari Thailand, pasangan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai mengalahkan duo Sumanti/ Julimarbela dengan sangat mudah, straight set. Rehan/ Lisa kalah di tangan sang juara, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong juga dengan 2 (dua) game langsung. Agak disesalkan adalah kekalahan Rinov/ Pitha dari ganda India berperingkat 31 dunia, Ishaan Bhatnagar/Tanisha Crasto. Padahal set pertama Rinov/ Pitha menang dengan sangat telak 21-9, dan pada set ketiga tidak bisa menang saat skor deuce 22-24.
Dari dua turnamen yang berbarengan ini, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai dari lawan. Yaitu sinyal kekuatan dari negara tetangga, Malaysia. Pada sektor tunggal putra, mereka memiliki Lee Ji Zia yang menembus final Denmark Open. Sementara di turnamen Indonesia Masters kali ini, mereka malah menguasai sesi tunggal pria dengan adanya All Malaysian final.
Pertarungan sesama warga Melayu itu terjadi antara Cheam June Wei versus Leong Jun Hao. Cheam June Wei yang bermain atas nama individu atau independent player ini pada babak perempat final mengalahkan pemain nomor 2 (dua) Malaysia, Ng Tze Yong (NTY). NTY merupakan peraih medali perak saat commonwealth games kemarin di Inggris. Leong Jun Hao juga menempuh langkah cukup heroik karena menyingkirkan mantan pemain nomor satu Korea, Son Wan Ho dengan 3 (tiga) set pada partai semifinal.
Selain ketiga pemain tersebut, Malaysia masih memiliki MS player lainnya bernama Shahyar Shaqeem (21 tahun), yang tembus 16 besar. Shaqeem terhenti oleh kompatriotnya sendiri, Ng Tze Yong. Di INA Master pemain tunggal kita hanya Christian Adinata yang mampu lolos dari perdelapan final. Bahkan Adinata mampu mengalahkan Hyeok Jeon si “pemaen gaek” dari Korea. Namun Adinata akhirnya kepentok C.Lee dari Taiwan pada babak perempat final. Sementara Bobby Setiabudi dan Ihksan Leonardo Imanuel Rumbay telah tumbang pada babak pertama.
Sedangkan di Denmark Open, pemain kita seperti Antony Sinisuka Ginting, Chico Aura Dwi Wardoyo, dan Shesar Hiren Rustavito tersingkir pada babak pertama. Jonatan Christie sebenarnya mampu menginjak babak perempatfinal -sebelum ditumbangkan Lee Ji Zia (Malaysia). Ginting lagi-lagi kalah ketigakalinya berturut-turut melawan Lakhsya Sen dari India. Sen sendiri pada babak perempat final dikalahkan pemain seusia dirinya, yaitu Kodai Naraoka dari Jepang. Kodai ini merupakan juara Vietnam Master sebulan yang lalu, dan menjadi runner up Singapore Open 2022 kalah oleh Ginting.
Untuk ganda putra meski tidak juara, namun Malaysia tetap memendam bom waktu kejayaan yang siap untuk meledak. Di Denmark Open ini mereka mewakilkan 2 (dua) pasang ganda di babak semifinal, yang keduanya terganjal oleh pasangan Fajar/ Rian dan the Minions. Namun pertandingan semuanya berlangsung ketat. Pasangan Teo Ee Yi/ Ong Yew Sin memang kalah straight set, akan tetapi pada set kedua mereka sempat memaksakan deuce atas Fajar/ Rian atau Fajri ini. Demikian pula Aaron Chia/ Soh Woi Yik pada set ketiga sudah pada kedudukan sama kuat 17-17, namun bisa disambar the Minions untuk 4 (empat) poin tersisa, sehingga 21-17 bagi kemenangan duo Kevin/ Marcus.
Hasil 1 (satu) gelar ganda putra memang semakin menahbiskan dominasi tim kita di sektor ini. Selain juara dan posisi runner up, masih ada Leo Rolly Carnando/ Daniel Marthin yang masuk ke perempat final -sebelum kalah melawan Marcus Fernaldy Gideon/ Kevin Sanjaya Sukomuljo, yang biasa dijuluki the Minnions. Hebatnya si Leo/Martin mampu mengandaskan unggulan dari Denmark, Kim Astrup/ Rasmussen pada 32 besar.
Pasangan Fajar/ Rian juga mampu meraih gelar di level 750 sebagai kampiun pertamanya (selama ini Fajri baru mampu juara di level 500). Partai final kemarin, ajang adu mental bagi kedua pasangan. Fajar/ Rian selalu tertinggal lebih dahulu. Bahkan sampai 5 (lima) angka ketertinggalannya -baik set pertama maupun kedua. Tapi bisa mengejar pada raihan mendekati paripurna. Untuk Minion tentu juga pantas bersyukur karena mampu mencapai partai pamungkas (final) setelah sekian purnama hampir selalu gugur di babak 16 besar.
Mungkin hanya kekalahan Bagas/ Fikri yang pantas disesalkan. Hal itu menandakan pasangan jawara All England ini sepertinya belum lepas dari beban (pernah) juara. Mereka berdua sering kandas di putaran perempat final di setiap turnamen yang diikutinya tahun ini. Di Denmark open ini Bagas Maulana/ Muhammad Shohibul Fikri kalah mudah -dalam straight set– melawan pasangan India, Shetty/ Rankireddy di babak kedua.
Dari kedua turnamen ini bisa ditarik benang merah. Terutama untuk pemain putra. Bahwa kita harus waspada terhadap kekuatan Malaysia. Mereka memiliki regenerasi yang saat ini cukup baik di tunggal putra. Mungkin di ganda putra kita cukup bersyukur banyak pemain berkualitas. Namun bila kecolongan bisa terjadi seperti di BWF World Championship atau Kejuaraan Dunia yang baru lalu. Karena pasangan kita bertemu dengan sesama pemain satu negara, maka Aaron Chia/ Soh Woi Yik bisa memetik keuntungan, dan menjadi juara dunia.
Keempat pemain tunggal di semifinal Denmark Open akan memberi alarm bahaya untuk tahun ini dan kedepan. Sang juara, Shi Yuqi dari Tiongkok, cukup emosional perasaannya ketika memenangi partai puncak melawan Lee Ji Zia. Karena Yuqi sudah hampir setengah tahun absen -disebabkan cedera berkepanjangan. Tapi ternyata Yuqi masih bisa juara.
Demikian pula dengan kedua semifinalis yang lain -yaitu Kodai Naraoka dan Loh Kean Yew (LKY) dari Singapura. Kodai masih berusia 21 tahun, tetapi untuk tahun ini hampir selalu masuk semifinal dari setiap turnamen yang diikutinya. Kemudian LKY membuat kejutan dengan mengalahkan “raksasa dari Odense” Victor Axelsen di depan pendukungnya sendiri. Tentunya ini PR yang masih bergelayut di pikiran jajaran PBSI, untuk menggairahkan kembali para pemain tunggal putra. Demikian pula tunggal putrinya.
Opini ini ditulis oleh Yuni Andono Achmad, S.E., M.E., pemerhati bulutangkis dari Bogor. Merupakan dosen di Universitas Gunadarma, jalan Margonda, kota Depok. Selain mengajar juga memberikan konsultansi ke beberapa kementerian/ lembaga di Jakarta.