Pekanbaru (Nadariau.com) – Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) adalah pelayanan kesehatan dengan pendekatan proaktif yang dilaksanakan melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan peserta penderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Karena jika tidak dikelola, sangat memungkinkan penyakit-penyakit ini menjadi trigger bagi penyakit yang lebih serius. Upaya ini tentunya tak lepas dari promotif preventif fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) khususnya dalam hal optimalisasi pemeriksaan penunjang Prolanis oleh laboratorium kerjasama BPJS Kesehatan.
Sebagaimana yang diungkapkan Kepala Bidang Penjaminan Manfaat Primer BPJS Kesehatan Cabang Pekanbaru, Sri Kumala Dewi, optimalisasi pemeriksaan penunjang Prolanis ini masih jauh dari harapan.
“Dengan begitu berarti RPPT (rasio peserta Prolanis terkendali-red)-nya tidak aman. Dari 7.587 peserta Prolanis terdaftar di seluruh FKTP Pekanbaru, 18 FKTP memiliki RPPT aman dengan nilai lebih dari lima persen. Sehingga ada 119 FKTP dengan RPPT tidak aman,” terang Dewi di Acara Optimalisasi Pemeriksaan Peserta Prolanis dan Uji Coba Tools Bantu (Monita PRB Prolanis) pada Kamis (27/08) lalu.
RPPT atau rasio peserta Prolanis terkendali merupakan suatu indikator untuk mengetahui optimalisasi penatalaksanaan Prolanis di FKTP.
Sebagai salah satu laboratorium kerja sama BPJS Kesehatan di Pekanbaru, Prodia mendapat bagian 1000 target lebih dalam memberikan pemeriksaan penunjang seperti HBA1C dan Kimia Darah bagi peserta Prolanis. Mewakili Prodia saat itu, Roby mengaku pihaknya sudah melakukan upaya jemput bola, dengan mendatangi fasilitas kesehatannya langsung.
“Kita juga sudah sosialisasi, follow up, hingga langsung menghubungi peserta. Kita juga menawarkan bahwa pemeriksaan dapat dilakukan on site, baik di klinik atau rumah peserta. Petugas pun sudah dilengkapi dengan APD (alat pelindung diri-red) lengkap. Selain itu kendalanya kondisi pandemi ini juga sangat berpengaruh, belum ada jadwal yang pasti dan data peserta pun belum update,” tutur Roby.
Namun Roby berharap setelah acara ini pihaknya dan FKTP dapat menentukan jadwal terencana bersama sehingga pengambilan sample-nya bisa dilaksanakan.
Prolanis ditujukan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan penyakit Diabetes Mellitus (DM) dan hipertensi. Selain itu Prolanis mampu meningkatkan peran aktif FKTP dalam memberikan pelayanan, meningkatkan peran aktif forum komunikasi antara dokter spesialis dengan FKTP dalam penyusunan plan of care, hingga mampu meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran peserta Prolanis.
Acara ditutup dengan penandatangan komitmen FKTP untuk segera melakukan validasi data, mengelola dan memantau perkembangan peserta Prolanis melalui buku pemantauan dan tools bantu, berkoordinasi dengan laboratorium kerja sama dan optimalisasi fungsi tim promotif preventif dalam pengelolaan peserta Prolanis. (ind)


